Masyarakat Kabupaten Kuansing patut berbangga, pasalnya dari sekian banyak Provinsi di Sumatera ini, hanya Festival Pacu Jalur Tradisional Event Nasional Tahun 2015 yang masuk dalam Mahakarya Indonesia yang masih dipertahankan sampai saat ini.
Indonesia memang kaya akan budaya leluhur. Salah satu tradisi dan budaya di pulau Sumatera tepatnya berada di Kabupaten Kuansing, Provinsi Riau masuk dalam Mahakarya Indonesia.
Setelah batik dan tradisi membatik, Keris Tradisional, Wayang Kulit dan Candi Borobudur, kini Festival Pacu Jalur masuk ke dalam Mahakarya Indonesia Tahun 2015 dengan tema Jiwa Indonesia-Mahakarya Indonesia. Pacu jalur ini hanya ada satu-satunya di Indonesia seperti yang sering disampaikan Bupati Kuansing H Sukarmis.
Hal ini yang membuat Widi Wahyu Widodo selaku Media Realtion-Imogen PR Mahakarya Indonesia berkunjung ke Kabupaten Kuansing.
Saat ditemui Haluan Riau di tepian Narosa Teluk Kuantan, Widi mengaku baru pertama kali melihat keunikan dari tradisi budaya Kabupaten Kuansing yakni pacu jalur.
Menurut Widi, tradisi yang digelar di sungai Indragiri atau yang lazim disebut sungai kuantan ini digelar setiap tahun di tepian Narosa Teluk Kuantan. Bahkan tradisi budaya ini sudah berumur satu abad lebih. "Capek datang dari Jakarta menuju Pekanbaru ke Teluk Kuantan terobati,"ujar Widi.
Mahakarya Indonesia katanya, merupakan sebuah gelaran tahunan yang bertujuan untuk membangkitkan kembali rasa bangga masyarakat terhadap Indonesia dengan cara menggali dan memperkenalkan berbagai potensi kekayaan tanah air melalui rangkaian Program acara.
Kampanye mahakarya Indonesia digagas sejak tahun 2011 lalu dan telah hadir dengan berbagai tema yang berbeda-beda setiap tahunnya.
Mulai Mahakarya Indonesia tahun 2011, Jelalah Mahakarya Indonesia tahun 2012, Potret Mahakarya Indonesia 2013, Gemah Rempah Mahakarya Indonesia 2014, dan tahun ini Jiwa Indonesia-Mahakarya Indonesia.
Salah satu yang melandasi mengapa festival pacu jalur masuk dalam Mahakarya Indonesia tahun 2015 ini, salah satunya karena pacu jalur dimulai dengan kegigihan gotong royong dari setiap peserta dimulai dari pembuatan jalur sampai diarena perlombaan sangat menentukan dalam budaya kebanggaan masyarakat di Kabupaten Kuansing dan Provinsi Riau pada umumnya.
Selain bisa mencari atlet dalam pacu jalur ini, juga ada dewan hakim serta panitia pacu jalur yang bertugas mengawasi jalannya pacu jalur dan menetapkan pemenang. Selama berlangsungnya acara ujar Widi, dihadirkan pula kegiatan pendukung lain seperti pamaeran mahakarya Indonesia dan workshop membatik yang bisa diikuti oleh pengunjung dewasa.
Pengumuman pemenang festival tahun ini akan diselenggarakan bersamaan dengan penutupan perhelatan budaya terbesar masyarakat Kuansing dalam malam puncak penghargaan pada Minggu (23/8) malam.
Dalam sejarah pacu jalur, dahulunya jalur digunakan masyarakat sebagai alat transportasi di sungai batang kuantan, lalu satu abad silam, jalur mulai dilombakan. Waktu itu hanya sebatas hiburan untuk masyarakat, usai berpacu masyarakat menggelar makan bersama. Dimana pacu jalur ini merupakan alat untuk pemersatu masyarakat rantau kuantan.
Baru pada masa pejajahan Belanda, pacu jalur benar-benar dilombakan, jalur yang menang mendapatkan tonggol juara untuk memperingati Hari Ulang Tahun Ratu Wihelmina yang merupakan ratu Belanda waktu itu.
Pantauan Haluan Riau ditepian Narosa tepatnya berada dibagian tengah berdiri pentas megah Mahakarya Indonesia, masyarakat bisa masuk dengan gratis melihat penampilan band papan atas Prasasti diatas panggung Mahakarya Indonesia dan masyarakat juga bisa menikmati aroma coffe dan membeli pernak pernik Mahakarya Indonesia. Ini berlangsung sejak mulai digelarnya Festival pacu jalur Tahun 2015 sejak Kamis lalu dan akan berakhir pada Minggu (23/8) malam ini.***