SELATPANJANG (HR)- Banyak potensi pemasukan bagi kas daerah di Kepulauan Meranti, yang masih belum tergali dengan baik. Selain minimnya SDM juga kurangnya kerjasama antar Satker dan juga lintas instansi.
Untuk menggali berbagai potensi SDA tersebut, dibutuhkan komitmen tegas dan sinergitas dari berbagai instansi horizontal maupun vertical.
Hal itu diungkapkan Ketua Yayasan Pejuang Meranti Ramlan, kepada Haluan Riau di Selatpanjang Rabu kemarin.
Menurutnya ada beberapa komoditi daerah bahkan hingga diekspor ke luar negeri seperti hasil sarang burung wallet yang secara berkesinambungan berproduksi.
"Kita tahu setiap kali ada pengiriman komoditi tersebut dari Selatpanjang menuju luar provinsi, bahkan ke luar negeri. Anehnya, menurut informasi instansi terkait di jajaran Pemkab Meranti justru tidak mengetahui kalau komoditi tersebut diekspor secara berkala," katanya.
Demikian juga instansi vertical lainnya yang mengetahui keberadaan barang ekspor itu, tapi juga tidak berkenan memberitahukan kepada instansi di jajaran Pemkab Meranti tersebut. ini terjadi secara rutin dari bulan ke bulan hingga tahunan.
Berapa sebenarnya produksi yang dihasilkan dari hasil hutan non kayu itu, pemerintah kabupaten justru tidak mengetahuinya. Apakah benar tidak mengetahui atau tidak berniat mengetahui, kita tidak mengetahui persis.
Yang pasti komoditi yang tergolong langka itu masih terus dikirim dan keluar dari Selatpanjang tanpa kita tahu berapa sebenarnya potensi sarang wallet yang berkontibusi menambah PAD.
Hal lain juga masalah potensi perkebunan sagu miliki masyarakat atau milik para tauke yang mungkin hingga ratusan ribu hektar luasnya di Kepulauan Meranti. Tapi sejauh ini informasi yang kita terima pemerintah daerah belum berhasil menggali retribusi dari keberadaan perkebunan sagu milik para pengusaha sawasta itu.
Kalau tidak salah pungutan retibusi atau hasil hutan non kayu yang dipungut pemerintah di Meranti khususnya dari sector perkebunan sagu, sejauh ini baru dari perusahaan PT NSP yang telah memberikan kontribusinya bagi daerah dan juga bagi negara sebagaimana ketentuan hukum yang berlaku.
Sementara luas kebun sagu di Meranti miliki para pengusaha juga tidak sedikit.
Pihaknya berharap dua komoditi potensi yang dapat menambah pundi-pundi keuangan daerah itu hendaknya dapat digarap dengan baik.
“Ini butuh kerjasama antar instansi. Sehingga ada sinergitas yang positif untuk membangun daerah. Tidak hanya mementingkan Satker masing-masing saja, melainkan harus ada sinergi yang harmonis. Sebab satu dan lainnya menjadi satu-kesatuan yang memiliki kontribusi yang sama bagi kemajuan daerah, ”sebut Ramlan.(jos)