SELATPANJANG (HR)- Pj Bupati H Edy Kusdarwanto bersama jajajarannya menggelar rapat koordinasi (Rakor) dengan BPS Pusat, pihak Perbankan dan lainnya. Rakor itu bertujuan untuk mengendalikan laju inflasi yang terjadi di Meranti akhir-akhir ini.
Inflasi merupakan penurunan nilai mata uang yang disebabkan proses peningkatan harga secara umum dan terus menerus terjadi mulai dari konsumsi masyarakat yang meningkat, kelebihan likuiditas, termasuk juga akibat ketidak-lancaran distribusi barang.
Pemkab Meranti menyadari jika inflasi dibiarkan berlanjut akan memperlambat akselerasi pertumbuhan ekonomi. Untuk itu Pj. Bupati berharap jajarannya terutama dinas terkait agar mampu mengendalikan stabilitas harga komoditi, serta menjamin kelancaran distribusi barang terutama yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat,”kata Edy.
Berdasarkan data yang dirilis BPS Provinsi Riau, Agustus 2013 Inflasi di Provinsi Riau mengalami kenaikan 7,4 persen. Hal ini disebabkan kenaikan harga BBM yang memicu kenaikan sektor konsumsi lainnya.
Di Meranti sendiri tingkat inflasi tahun 2011 mencapai 15.93 persen, kenaikan ini disumbang oleh kelompok komoditas bahan makanan dan bahan makanan jadi. Selain itu juga dengan kenaikan BBM dan tarif angkutan. Tingginya inflasi di Meranti juga tidak terlepas dari akses pasar serta letak geografis memicu melambungnya harga-harga komoditi konsumsi masyarakat.
Sementara di Triwulan ke-IV tahun 2014 inflasi di Kabupaten Meranti turun menjadi 9.42 persen dengan penyumbang inflasi tertinggi berasal dari air, listrik, gas dan BBM. Diikuti makanan jadi, rokok, rekreasi, pendidikan, kesehatan, minuman serta olahraga.
Deputy BPS RI Sasmito Hadi Wibowo dalam paparannya terkait pantauan inflasi agar seimbang dan dapat dikendalikan.
Menurutnya, perlu memperhatikan komoditas yang sering membuat masalah, khusus di Meranti sendiri seperti BBM, tarif listrik, dan kebijakan pemerintah bidang restribusi.
Dan yang tak kalah pentingnya harga beras dan BBM yang menjadi lokomotif inflasi di Indonesia, serta barang bergejolak dimana harganya naik turun secara tajam seperti cabe merah, bawang, perhiasan dan lainnya, juga kebijakan moneter dari Bank Indonesia.
Sasmito menilai, inflasi di Meranti dipengaruhi situasi ekonomi di Kepulauan Riau dan negara tetangga Malaysia. Seperti ekspor dan impor bahan makanan dan itu dibuktikan 50 persen pengeluaran masyarakat Meranti di sektor kuliner seperti mie sagu, kopi dan lainnya. Apalagi masyarakat Meranti terkesan sangat senang duduk berlama-lama di kedai kopi.
Sementara Kepala Bank Indonesia Pekanbaru diwakili Ahmad Subarka, Asisten Direktur Ekonomi Keuangan dan Moneter, sesuai intruksi Presiden RI Jokowi meminta dilakukannya koordinasi kebijakan dari pemerintah daerah untuk stabilisasi harga. Sehingga inflasi tahun 2015 dapat ditekan menjadi 3.5 persen.
Agar dampak negatif inflasi tidak berpengaruh buruk pada tingkat kemakmuran masyarakat, Pj. Bupati H. Edy Kusdarwanto menekankan kepada SKPD terkait melakukan langkah-langkah pengendalian selain itu juga diperlukan dukungan dari pihak Perbankan, melalui penyaluran kredit usaha dan lainnya.
Rakor tersebut dihadiri Asisten II Ir. Anwar Zainal, Kepala BPS Provinsi Riau Mawardi Arsyad, kepala badan/dinas/bagian jajaran Pemkab Meranti, digelar di aula kantor bupati Selasa (11/8) kemarin. (jos)