Jakarta (HR)-Singapura punya pesta besar pada Minggu (9/8). Negara kota itu merayakan ulang tahun kemerdekaan ke-50. Nama pendiri Singapura, Lee Kuan Yew, yang meninggal Maret 2015 lalu dikenang dengan berbagai acara.
Majalah Time, edisi Senin (10/8), melaporkan bagaimana jet tempur militer Singapura meraung-raung melintasi langit di tengah gemuruh lagu nasionalis yang terus dikumandangkan. Warga masyarakat gembira mengambil keuntungan dan kesempatan dari semua sarana transportasi termasuk kereta dan bus yang digratiskan sehari.
"Ini adalah tonggak sejarah. Saya datang dari generasi tua yang telah melihat Singapura melewati tahun-tahun awal kemerdekaan. Saya tahu pemimpin kita harus kerja keras untuk sampai ke sini," kata seorang warga, William Nathan, 70 tahun.
Puncak perayaan yang berakhir pada Minggu kemarin itu diisi dengan parade militer dan pertunjukan kembang api. Rasa persatuan dan kebanggaan dalam prestasi Singapura diperkuat dengan pemutaran video yang didedikasikan untuk pendiri dan pemimpin terlama negara itu, Lee Kuan Yew. Dia meninggal pada Maret 2015 lalu di usia 91 tahun.
Sementara, negara itu dikagumi lantaran berhasil melompat dari kota pelabuhan kolonial miskin menjadi sebuah metropolis kaya. Singapura saat ini juga tengah bergulat dengan kebencian dan kemarahan atas pembatasan politik, masuknya tenaga kerja asing, dan meningkatnya biaya hidup.
Lee, yang menjadi perdana menteri selama lebih dari tiga dekade, dianggap tidak memiliki toleransi untuk perbedaan pendapat politik. Tokoh oposisi yang kalah dalam pemilu atau dibawa ke pengadilan atas tuduhan pencemaran nama baik akan dipenjara sampai mereka bangkrut. Dan hukum negara melarang siapa saja yang bangkrut untuk menjadi peserta pemilihan.
Sekarang, putra Lee, Perdana Menteri Lee Hsien Loong, seperti dikutip dari laman Time, mengelola Singapura yang jauh berbeda dibanding era ayahnya. Pemilihan umum Singapura dijadwalkan akan dilaksanakan pada 12 September 2015. Partai penguasa, Partai Aksi Rakyat (People's Action Party/PAP), kini menguasai 80 dari 87 kursi parlemen. Pada pemilihan umum 2011, partai ini kehilangan banyak suara. (tpi/ivi)