TEBINGTINGGI BARAT (HR)-Curah hujan yang turun di Kepulauan Meranti belakangan ini intensitasnya cukup rendah. Sehingga belum mampu memberikan cadangan air yang cukup dalam tanah.
Karena kekeringan tersebut selain menjadi ancaman terhadap terjadinya kebakaran hutan dan lahan, juga mengakibatkan terganggunya operasional kilang sagu.
Yamin, pengusaha kilang sagu kepada Haluan Riau Selasa kemarin di Selatpanjang mengatakan, pihaknya belakangan ini mengalami kesulitan untuk mengoperasikan kilang sagu.
Air bersih atau air tawar menjadi sebuah kebutuhan pokok dalam pengoperasian kilang sagu. Kurangnya ketersediaan air untuk membantu proses pengolahan sagu itu maka kilang tidak bisa befungsi sebagaimana diharapkan.
Dimana air menjadi bagian yang tidak terpisahkan mulai dari pengolahan awal, hingga sagu menjadi tepung itu. Dengan kesulitan mendapatkan air tawar tersebut telah mengurangi pendapatan kilang, yang berdampak pada pencapaian target, akunya resah.
Menurutnya kondisi kekurangan air tawar itu sudah terjadi hampir dua bulan terakhir. Tanpa turun hujan kilang akan terancam beroperasi.
Sudah hampir dua bulan ini terjadi kekeringan, sehingga kami kesulitan produksi. Dan berharap kiranya hujan segera turun, sehingga cadangan air dalam tanah kembali tercukupi,"pintanya.
Selain masalah persoalan air yang minim belakangan ini, para pengusaha sagu di Meranti juga merasa resah dengan harga jual sagu yang turun.
Beberapa waktu belakangan ini, ada penurunan harga tepung sagu. Sampai turun Rp1 ribu/Kg.
“Ini cukup mengurangi pendapatan pemilik kilang dan juga pemilik sagu," katanya.
Anehnya tambah Yamin penurunan harga itu terkesan akibat permainan atau spekulan para tauke sagu. Ini juga cukup memusingkan kita, karena jika ada permainan harga yang dilakukan oleh spekulan, maka akan berdampak buruk bagi usaha sagu ke depan.
Dikatakannya lagi, bagaimana upaya menghilangkan peran spekulan yang dapat merugikan para pemilik kebun sagu di Meranti ini sebaiknya mendapat perhatian pemerintah.
Sebab jika perdagangan sagu ini kedepan senantiasa merugikan pekebun, maka gairah berkebun sagu akan menurun.(jos)