Lebih 15 tahun aktif mulai dari ranting sampai menjadi ketua pimpinan daerah Muhammadiyah. Kita tahu, bahwa ciri gerakan Muhammadiyah yaitu sebagai gerakan Islam, gerakan dakwah dan gerakan tajdid. Sebagai gerakan Islam barangkali mudah dipahami, yaitu selalu berjuang mengamalkan syariat Islam dalam kehidupan perseorangan, keluarga dan masyarakat. Sebagai gerakan dakwah, bahwa jalan yang paling tepat mewujudkan keyakinan dan cita cita Muhammadiyah ialah melalui dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar dengan hikmah kebijaksanaan, nasehat, imbauan dan debat yang simpatik.
Sedangkan sebagai gerakan tajdid, Muhammadiyah selalu berusaha memperbaharui dan meningkatkan paham agama dalam Islam, sehingga lebih mudah diterima dan dimengerti segenap lapisan masyarakat. Disini pulalah perbedaan Muhammadiyah dengan organisasi sosial lainnya, yaitu sebagai gerakan tajdid yang selalu bergerak terus (pro-aktif). Disamping itu perbedaan dengan organisasi sosial lainnya ialah sebagai organisasi modern yang reformis, yaitu selalu berusaha memurnikan ajaran Islam dengan pikiran baru. Kita lihat kebelakang pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan mempunyai cita cita.
Pertama, dengan Muhammadiyah umat Islam Indonesia dapat mencontoh kepada Nabi Muhammad cara hidup beragama, baik tauhidnya, akhlaknya maupun muamalahnya. Kedua, dengan Muhammadiyah dapat hendaknya dipersatukan umat Islam Indonesia dari segala suku dan lain sebagainya. Ketiga, dengan Muhammadiyah umat Islam Indonesia dapat dijadikan umat Islam yang berani mengorbankan harta, tenaga, pikiran untuk kemajuan dan keluhuran agama Islam. KH Ahmad Dahlan mempunyai keyakinan, andai kata agama Islam dilaksanakan dengan tepat dengan benar, bangsa Indonesia tidak mungkin mengalami hidup dan kehidupan yang demikian bodoh, jorok, hina, dan berpecah-pecah dan dijajah.
Lalu, sampailah KH Ahmad Dahlan pada rumusan tujuan persyarikatan Muhammadiyah, melalui beberapa kali perubahan redaksi, saat ini rumusan tujuan persyarikatan Muhammadiyah, yaitu menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut dituntun AD/ART, kaidah, kepribadian Muhammadiyah. KH Ahmad Dahlan juga mengingatkan pengurus pengurus Muhammadiyah, bahwa Muhammadiyah itu sebenarnya ada di ranting bukan di cabang, daerah dan wilayah. Mereka hanyalah sebagai pembina, pembimbing, pengintegrasi dan koordinasi, kegiatan kegiatan jamaah ranting.
Artinya, melihat Muhammadiyah lihatlah rantingnya. Kini Muhammadiyah sudah berumur lebih satu abad, banyak hal yang sudah dicapai, terutama secara fisik Muhammadiyah menjadi organisasi sosial keagamaan terbesar di dunia dalam bidang amal usaha. Di bidang pendidikan memiliki Taman Kanak-Kanak lebih dari 40 ribu, SMU lebih dari 1000 sekolah, perguruan tinggi 200 lebih, rumah sakit sekitar 50 buah, panti asuhan sekitar 240 dan banyak lagi amal usaha lainnya yang tidak bisa diungguli organisasi sosial lain di dunia. Namun dari segi non fisik masih banyak yang perlu direnungkan, karena banyak pula yang mengkritisi eksistensi Muhammadiyah saat ini. Mulai dari menanyakan bagaimana dengan ranting ranting Muhammadiyah, sudahkah mempunyai aktivitas sebagai ujung tombak perserikatan? Sudahkah jamaah atau anggota Muhammadiyah dibina sesuai dengan paham Muhammadiyah? Sejauh mana pencapaian tujuan persyarikatan Muhammadiyah, khususnya dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Ini sebuah renungunan, sekaligus kita jawab dengan jujur.
Pertanyaan berikutnya, Muhammadiyah saat ini disebut ibarat radio sudah terhimpit gelombang kelompok maupun aliran aliran tertentu. Mengaku Muhammadiyah tapi sebenarnya bukan Muhammadiyah. Kondisi cukup serius yang perlu disikapi pula dengan arif. Sekali lagi tulisan ini bukan menepuk air di dulang, akan tetapi karena Muhammadiyah merupakan organisasi sosial keagamaan yang sudah mapan dan modern tentu berani menerima masukan, saran maupun kritik sekali pun dari dalam maupun dari luar. Jika tak disikapi dengan serius, ada kekhawatiran Muhammadiyah gerakanku bergeser menjadi Muhammadiyah ladangku, atau setidak tidaknya Muhammadiyah batu loncatanku.
Kita sibuk membangun sekolah, panti asuhan, rumah sakit tapi roh Muhammadiyah gersang. Masih banyak pengurus pengurus amal usaha yang belum paham dengan Muhammadiyah. Maka jangan heran akan dimasuki kelompok atau aliran aliran tertentu. Kita hanya sekedar punya nama tanpa diisi roh Muhammadiyah. Tak bisa dipungkiri ada kelalaian kita, yaitu minimnya Muhammadiyah mencetak mubaligh sebagai agen perubahan. Kita juga tidak boleh lupa, persyarikatan Muhammadiyah punya ciri dan cita tersendiri yang membedakannya dengan organisasi sosial lain. Jika lupa, artinya Muhammadiyah tak ubahnya organisasi sosial pada umumnya. Disinilah barangkali perlunya berulang pemahaman kita tentang apa itu Muhammadiyah, tujuan hidup dan pandangan hidup Muhammadiyah. Selamat bermuktamar, semoga sukses dan Muhammadiyah tetap jaya. ***
Oleh: Drs H Iqbal Ali, MM - Mantan Ketua PD Muhammadiyah Pekanbaru.