JAKARTA (HR)-Hajah Mufidah Kalla, istri Wakil Presiden Jusuf Kalla merasa prihatin dengan kondisi Sumatera Barat akhir-akhir ini, yang terus melorot.
"Kami mau ada perubahan di Sumatera Barat, agar negeri ini bersemangat kembali," kata anak nagari Sumatera Barat ini, pada acara buka puasa bersama dan dialog Membangun Kampung Halaman yang dihadiri tokoh senior dari Sumatera Barat, Selasa (14/7) di Jakarta.
Hadir dalam kesempatan itu antara lain, Awaludin Jamin, H Azwar Anas, H Basrizal Koto, Sjahrul Ujud, Djohermansjah Djohan, Fahmi Idris, Is Anwar, Elly Kasim dan Taufik Ismail. Juga ikut hadir Menteri Komunikasi dan Informatika Rudi Antara dan sumando urang Sumatera Barat, Din Syamsuddin. Diskusi itu juga dihadiri pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar, Muslim Kasim dan Shadiq Pasadigoe yang kini masih menjabat Bupati Tanah Datar.
Dalam kesempatan itu, Mufidah mengatakan, pihaknya melihat Sumbar tidak lagi bergairah, kehilangan semangat membangun sehingga tidak tampak ada prestasi yang bisa dibanggakan. Untuk itu, pada Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar pada 9 Desember, Mufidah meminta masyarakat Sumbar untuk memilih sosok yang mau dan bisa melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
Acara yang dipandu Fasli Djalal itu memberikan waktu beberapa menit kepada tokoh-tokoh Sumbar untuk menyampaikan pandangannya tentang Sumbar dulu dan kini. Awaludin Jamin yang mendapat giliran pertama karena dianggap paling senior karena mantan Kapolri ini usianya sudah mendekati 90 tahun.
Awaludin kemudian bercerita bagaimana kebanggaannya sebagai urang Minang melihat tokoh-tokoh seperti Bung Hatta, Sutan Sjahrir dan sebagainya. "Dulu banyak sekali yang bisa kita banggakan selain nagarinya yang indah, tapi tokoh-tokohnya yang luar biasa," ujarnya.
Sumbar, katanya, pada masa dulu adalah tempat orang dari daerah lain datang untuk bersekolah. Karena Sumbar terbukti menghasilkan tokoh-tokoh luar biasa. Tapi kini Sumbar sudah jauh tertinggal dibanding daerah tetangga. Kondisi juga mengundang rasa prihatin pada dirinya.
Sedangkan mantan Menko Kesra yang juga mantan Gubernur Sumbar, Azwar Anas, menilai, Sumbar perlu dipimpin orang yang benar-benar dicintai rakyatnya, yang berjuang untuk kepentingan orang banyak. Bukan untuk kelompok atau golongan tertentu. Azwar menyebut tidak mudah menjadi pemimpin, karena harus amanah, sidiq, tablig dan fatonah.
Pada kesempatan itu Azwar sempat menyebut nama Muslim Kasim dan Shadiq sebagai figur yang diharapkan bisa memenuhi harapan masyarakat Sumbar. "Membangun Sumbar itu tidak semata karena uang banyak. Tapi yang lebih penting adalah kebersamaan," ingatnya.
Seperti diketahui, ajang Pilkada serentak 9 Desember 2015 mendatang memiliki arti penting untuk kemajuan Sumbar pada masa mendatang. Sebab, Sumbar tidak hanya memilih gubernur dan wakil gubernur, tapi juga memilih 13 bupati dan walikota sekaligus.
Mantan Dirjen Otonomi Daerah Djohermansjah Djohan menyebut prestasi Sumbar akhir-akhir ini jauh melorot. "Kinerja Sumbar kini berada di urusan ke-20 dari 34 provinsi yang ada di Indonesia," ungkapnya.
Dulu, katanya, Sumbar pernah meraih prestasi yang luar biasa, tapi kini prestasi itu sudah sangat jauh. Menurutnya, kondisi ini juga seharusnya menjadi perhatian bagi seluruh stake holder di Sumbar.
Sedangkan Din Syamsudin, yang dipersilakan memimpin doa, juga menyampaikan kekhawatiran dan kegelisahannya. Hal itu disebabkan ia melihat kondisi Minangkabau saat ini, tidak seperti Minangkabau masa dulu. "Sudah terjadi pergeseran yang luar biasa di Minang," kata urang sumando ninik mamak itu.
Ia juga menekankan, melakukan perubahan, adalah bagian dari menunaikan tanggung jawab untuk memajukan nagari. (ds)