JAKARTA (HR)- Bankir kian menjaga porsi dana murah hingga akhir tahun nanti dengan mengandalkan strategi kerja sama dengan instansi lain serta penyediaan layanan yang lebih spesifik bagi nasabah korporasinya.
Tahun ini misalnya, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. menargetkan akan menjaga porsi dana murah perseroan di posisi 51% hingga akhir tahun nanti. Untuk mencapai target tersebut, perseroan kini tengah gencar menjalin kerja sama dengan instansi milik pemerintah.
Direktur Utama Bank BTN Maryono menuturkan dengan menggaet instansi pemerintah, perseroan bisa meningkatkan penyaluran kredit sekaligus meraih lebih banyak dana murah.
“Per Mei 2015, posisi sudah 49 persen, tinggal 2 persen,” ujar Direktur Utama Bank BTN Maryono di Jakarta, belum lama ini.
Dengan upaya menjaga porsi dana murah tersebut, Maryono optimistis laba perseroan yang bakal dihimpun pada akhir tahun nanti tak akan mencatatkan pertumbuhan di bawah 40 persen.
Adapun, dari laporan keuangan publikasinya, hingga Mei 2015, emiten berkode saham BBTN ini mencatatkan perolehan laba bersih senilai Rp677,53 miliar atau naik 50 persen secara year on year (y-o-y). Maryono mengungkapkan kenaikan laba tersebut disumbang peningkatan kredit, pengurangan dana mahal, dan fokus meraih dana murah.
Laporan keuangan tersebut juga merekam, BBTN telah menyalurkan kredit dan pembiayaan syariah senilai Rp123,3 triliun atau naik 18 persen y-o-y per Mei 2015. Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun naik 11 persen y-o-y menjadi Rp111,47 triliun pada Mei 2015. Hingga Mei 2015, porsi deposito masih mendominasi total DPK yang dihimpun BBTN yakni sebesar 51,04 persen, sedangkan CASA berada di posisi 48,95 persen.
Sementara itu, PT Bank OCBC NISP Tbk. pun tahun ini berupaya menjaga posisi CASA perusahaan untuk menjaga perolehan laba bersih.
Managing Director Bank OCBC NISP Hartati menuturkan hingga Mei 2015, perusahaan mencatatkan porsi CASA di posisi 30 persen terhadap total DPK yang dihimpun. Pada akhir tahun nanti, emiten berkode saham NISP ini membidik mampu menjaga CASA di posisi 30 persen-33 persen.
Hartati mengakui dengan perlambatan ekonomi saat ini membuat pengusaha cenderung menempatkan dana di deposito. “Memang terlihat di kuartal pertama kalau pertumbuhan kredit melambat. Sekarang beberapa strategi kami lakukan untuk meningkatkan CASA dengan peningkatan pelayanan dan lebih segmented,” jelas Hartati.
Dari laporan keuangan publikasi NISP, hingga Mei 2015, perusahaan telah menghimpun dana murah senilai Rp23,79 triliun atau menempati 30 persen dari total DPK. Sementara itu, posisi deposito
per Mei 2015 tercatat senilai Rp55,5 triliun atau sebesar 69,99 persen dari total simpanan NISP.
Secara keseluruhan, DPK yang dihimpun Bank OCBC NISP per Mei 2015 tumbuh di posisi 20 persen menjadi Rp81,14 triliun. Sementara itu, penyaluran kredit melaju lebih lambat atau naik 13 persen menjadi Rp72,2 triliun per Mei 2015.(bis/ara)