RANGSANG (HR)- Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang dibangun di Tanjung Samak sejak tahun 200-an lalu, sejauh ini statusnya masih terkatung-katung alias belum difungsikan.
Proyek provinsi semasa semasa pemerintahan Bengkalis itu, telah menghabiskan dana puluhah miliar rupiah. Namun hingga kini tidak jelas apa kendala yang dihadapi sehingga pelabuhan tersebut menjadi mubajir.
Untuk tidak membiarkan selamanya menjadi sia-sia, kami para nelayan di Meranti khususny di Kecamatan Rangsang berniat untuk menggunakan sarana tersebut sehingga berbagai aktivitas nelayan bisa dilakukan di pelabuhan itu.
"Kita sudah mendapat masukan dari anggota HNSI di Meranti agar diberikan kewenangan mengelola tempat pelelangan ikan tersebut, sehingga dana puluhan miliar yang dikucurkan sebelumnya tidak menjadi sia-sia belaka, “ungkap H Amiruddin Ketua HNSI Kabupaten Kepulauan Meranti kepada Haluan Riau di Selatpanjang Jumat kemarin.
Disebutkan Amir, dengan dimanfaatkannya TPI yang ada di Tanjung Samak itu, tentu banyak hal positif yang bisa didapatkan. Baik terhadap pemerintah kabupaten maupun kepada para nelayan juga pada masyarakat di wilayah itu.
Nelayan yang beroperasi di perairan Kepulauan Meranti yang berbatasan di sekitar laut Selat Malaka dan sekitarnya butuh tempat pelelangan ikan yang strategis seperti posisi TPI di Tanjung Samak tersebut.
Di sana nantinya juga akan dikembangkan berbagai sarana dan prasarana penting lainnya untuk mendukung operasional para nelayan. Mulai dari penyediaan es balok yang menjadi salah satu kebutuhan mutlak nelayan, juga BBM solar subsidi pemerintah itu. "Jadi kita berharap kepada pemerintah kabupaten agar memberikan fasilitas tersebut kepada pra nelayan untuk bisa dikelola dan dimanfaatkan sebagaimana mestinya,”tuturnya.(jos)