Lailatul Qadar untuk Siapa?

Selasa, 07 Juli 2015 - 10:22 WIB
ILUSTRASI


Pada malam 10 hari terakhir Ramadan orang mulai konsentrasi untuk mendapatkan Lailatul Qadar. Kita bersyukur akhir-akhir ini orang sudah mulai banyak tertarik untuk beriktikaf. Di mana banyak masjid menyelenggarakannya.
Surat Al-Qadar sering di sebut-sebut pada 10 malam terakhir ini. “Sesungguhnya kami telah menurunkan Al-Quran pada malam kemuliaan. Tahukah anda apa malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan”.
Kita disuruh untuk mendapatkan Lailatul Qadar berdasarkan hadis riwayat Bukhari: “Carilah Lailatul Qadar itu pada malam ganjil 10 hari terakhir Ramadan.
Malam Lailatul Qadar itu jelas merupakan malam yang luar biasa, karena Allah melipat gandakan nilai amal yaitu lebih dari seribu bulan beramal. Apa hikmah yang terkandung dalam Lailatul Qadar?
Hikmahnya adalah:
1. Karena umat Muhammad fisiknya lemah dan umurnya pendek, maka Allah memberi kesempatan untuk dapat melipatgandakan amal-amalnya, supaya tidak tertinggal dari umat-umat terdahulu yang umurnya panjang-panjang, fisiknya kuat dan sebagainya. Bagi umat Muhammad Lailatul Qadar merupakan bonus atau kompensasi dari Allah.
2. Dengan Lailatul Qadar, diharapkan umat Islam benar-benar menekuni ibadah puasanya semenjak awal sampai akhir Ramadan dengan baik dan benar.
3. Sebagai petunjuk bahwa umat Muhammad adalah umat yang pantas atau umat terbaik, maka kepada mereka diberi Lailatul Qadar.
Sekarang siapa yang paling berpeluang mendapatkan Lailatul Qadar?
Jawabannya adalah: Orang orang yang siap menerimanya. Siapa orang yang siap tersebut? Adalah orang orang yang keimanannya sudah mantap, tidak diragukan lagi habluminallahnya oke dan habluminannasnya oke.
Intinya adalah, bahwa orang yang siap menerima Lailatul Qadar adalah orang-orang yang berpredikat mukmin sejati dengan segala indikatornya. Setelah habluminallah dan habluminannasnya oke (teruji) barulah ditambah dengan syarat lain yaitu:
1. Sudah melaksanakan 2/3 Ramadan.
2. Beriktikaf
Ingat, bahwa program Ramadan dan iktikaf bukanlah program dadakan. Program tersebut merupakan program terencana, terpadu dan berkesinambungan. Sangat tidak masuk akal, Ramadan datang baru sibuk untuk menggapai Lailatul Qadar dan beriktikaf. Padahal 11 bulan sebelumnya mereka hampir selalu bermain api terhadap ajaran Islam. Mereka masih terjebak dengan larangan-larangan Allah dan kesannya Islam hanya berlaku di masjid, musala dan pada bulan Ramadan.
Bagi mereka-mereka yang seperti ini, jika ingin ber-Ramadan apalagi mendapatkan Lailatul Qadar haruslah bertobat dahulu kepada Allah, barulah peluang mereka untuk mendapatkan Lailatul Qadar terbuka kembali. Apabila tidak tobat maka sia-sialah kita sibuk apalagi latah latahan. Orang beriktikaf kita ikut pula, padahal belum memenuhi syarat untuk mendapatkan Lailatul Qadar.
Oleh sebab itu, jika betul betul ingin mendapatkan Lailatul Qadar, kita harus mempersiapkan diri sedini mungkin, tidak hanya dadakan, apalagi latah latahan. Kita persiapkan diri kita agar masuk kelompok mukmin kalau bisa muttaqin dengan segala syarat yang diatur agama. Keseharian kita sudah menunjukkan bahwa iman dan ketakwaan kita sudah teruji, sebelas bulan akhlak dan perilaku keseharian kita betul betul sudah islami.
Intinya, jadikanlah dulu diri kita sebagai mukmin sejati sepanjang hayat dan laksanakanlah Ramadan dengan baik dan benar, baru diiringi dengan iktikaf.
Inilah orang orang yang siap menerima Lailatul Qadar sekaligus berpeluang mendapatkannya, bukan hanya dadakan apalagi latah latahan. Wallahua’lam.***
(Oleh: Drs H Iqbal Ali, MM) Mubalig IKMI Riau, Pekanbaru.

Editor:

Terkini

Terpopuler