PEKANBARU (HR)-Sebanyak 12 jasad korban tragedi jatuhnya pesawat Hercules di Medan, kembali mendarat di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Kamis (2/7) malam, sekitar pukul 18.30 WIB. Dari 12 jasad tersebut, lima di antaranya adalah warga Pekanbaru. Sedangkan tujuh lainnya akan dibawa ke Ranai, Natuna serta Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau.
Sementara itu, prosesi penguburan para korban yang sudah terlebih dahulu datang, sudah dimulai sejak Kamis kemarin. Suasana haru meliputi proses penguburan tersebut. Pemakaman dilakukan di beberapa tempat, seperti di Kota Pekanbaru dan Selatpanjang, Kabupaten Meranti.
Pantauan di Lanud Roesmin Nurjadin Kamis kemarin, 12 jasad dibawa dari Medan dengan menggunakan pesawat CN-295 milik TNI AU. Kedatangan jasad tersebut, sudah ditunggu puluhan kerabat dan keluarga.
Menurut Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Kapentak) Lanud Roesmin Nurjadin, Kapten Sus Rizwar, korban warga Pekanbaru langsung dibawa ke mobil jenazah untuk dibawa ke rumah duka. Sedangkan untuk korban dari Ranai dan Tanjungpinang, untuk sementara disemayamkan di Shelter Charlie dan hari ini (Jumat, 3/7) dibawa ke kampung halaman mereka.
Dikatakan, lima jasad warga Pekanbaru yang datang pada Kamis kemarin adalah M Arif Wicaksono danRizki Putri Ramadhani, keduanya anak Serda Ainul yang telah dimakamkan Kamis kemarin. Selanjutnya adalah Reni Monica Sihotang dan Rully Yulius Sihotang serta Azzikra.
Sedangkan jasad yang akan dibawa ke Tanjungpinang adalah Syahrul, Nahya Sifa dan Intan. "Sisanya dibawa ke Ranai, mereka adalah M Nasir, Karminto, Alvin Syahroni dan Eka Pratamasari. Jadi hingga saat ini, total sudah sembilan orang korban warga Pekanbaru yang sudah didatangkan dari Lanud Suwondo Medan. Kemarin ada tiga, pagi tadi satu, dan malam ini ada lima jasad korban," terangnya.
Sementara itu, pemakaman korban Hercules yang sudah terlebih dahulu sampai, sudah dimulai sejak Kamis kemarin. Salah satunya adalah almarhum Serda Ainul Abidin, yang dimakamkan di Taman Makam Lanud Roesmin Nurjadin, Kelurahan Sidomulyo Barat, Kamis sore kemarin. Jenazah Ainul Abidin sendiri tiba di Lanud Pekanbaru pada Kamis pagi kemarin.
Pemakaman berlangsung haru. Mertua korban tak kuasa membendung tangis. Selain Ainul, istri dan dua anaknya juga ikut jadi korban jatuhnya pesawat Hercules. Namun sejauh ini, baru dua anaknya yang sudah teridentifikasi. Sedangkan jenazah sang istri belum diketahui.
Tembakan salvo bergemuruh ke udara, saat almarhum dimasukkan ke liang lahat. Setelahnya, pemakaman militer dilanjutkan dengan upacara Persada. Menurut informasi, pihak keluarga menginginkan jenazah istri serta dua anaknya, dimakamkan persis di samping kuburan Ainul.
Kondisi serupa juga terjadi saat pemakaman (Pratu) Rudi Haryono, di Selatpanjang. Rudi Haryono merupakan anggota Paskhas TNI AU Batalion Pulanggeni 462 Pekanbaru yang menjadi korban dalam musibah jatuhnya Hercules di Medan.
Pemakaman Rudi dilakukan secara militer di Pemakaman Taman Bahagia,Taman Makam Pahlawan (TMP) Bunga Bangsa Selatpanjang. Prosesi pemakaman dipimpin langsung Wakil Komandan Batalyon Komando (Wadanyonko) 462 Paskhas Mayor Agus Yoga Permana.
“Kami kehilangan prajurit teladan yang telah mengabdikan dirinya untuk nusa dan bangsa. Ini sudah suratan dari Tuhan. Walau bagaimana pun kami tetap tegar menghadapinya,” kata Agus.
Sementara itu, istri korban, Icha Kusnaini (21) tampak tak kuasa menahan sedih. Sesampainya di rumah duka, Icha tak kunjung bisa menahan tetesan air matanya, karena orang yang ia cintai, pergi untuk selama-lamanya.
Ketika ditemui, Icha menuturkan, sudah sebulan ini ia tak bertemu suaminya, karena harus pulang ke Bangka Belitung mengurus orangtuanya yang sedang sakit.
"Pagi itu sebelum tragedi Hercules terjadi, papi sempat berpedan dan meminta saya menunggu di Selatpanjang. Tapi siang harinya, saya melihat di televisi ada pesawat Hercules jatuh di Medan. Tentu saja saya kaget. Ketika itu saya minta abang ipar untuk menyusuri kebenaran berita tersebut. Ternyata suami saya benar-benar sudah tiada," ujarnya sambil terisak.
Pasangan yang baru menikah setahun yang lalu tepatnya tanggal 20 Februari 2014 sempat memiliki anak, namun pada usia kehamilan mencapai 14 minggu, sang istri mengalami keguguran pada 12 Mei yang lalu.
Menurut Icha, Rudi adalah sosok suami yang baik hati dan tidak pernah mengeluh dalam melaksanakan apa pun tugas yang diembankan kepadanya.
"Papi orangnya memang pendiam, tapi baik hati dan tidak pernah mengeluh. Dia hanya mengatakan bosan di posko jaga karena tidak memiliki games untuk bermain seperti teman-temannya. Saat ulang tahunnya 22 Juni kemarin, dia sempat meminta kepada saya untuk membelikan tablet untuk bermain games, lalu saya berjanji untuk membelikannya, namun janji itu belum sempat saya tunaikan," ujarnya lagi.
Paman dari almarhum, Budi Wiyanto, mengatakan pihak keluarga yang meminta agar jenazah Pratu Rudi Haryono dimakamkan di Selatpanjang. Sebab sejak kecil almarhum sudah yatim piatu dan dirawat oleh keluarga Budi Wiyanto di Selatpanjang.
Menurut dia, pihak keluarga sudah mengikhlaskan kepergian almarhum dan berharap agar ke depannya tidak ada lagi insiden pesawat TNI yang jatuh dan menimbulkan korban jiwa dari pihak TNI maupun sipil.
Tak hanya itu, suasana duka juga tampak di kediaman kakak beradik Ruli Sihotang (24) dan Reni Sihotang (17) di Jalan Gabus Nomor 2 Kecamatan Payung Sekaki, Kota Pekanbaru. Mayat keduanya, diketahui baru tiba ke Pekanbaru, pada Kamis sore kemarin. Hingga akhirnya hayatnya, Ruli Sihotang (24) masih tercatat sebagai mahasiswa Fakulas Hukum Universitas Riau. Sedangkan Reni Sihotang (17) adalah siswi kelas 3 SMAN 1 Pekanbaru.
Menurut informasi, keduanya ikut dalam pesawat naas itu karena hendak berlibur ke rumah abang mereka, yakni Andi Paulus, anggota TNI AU yang bertugas di Pontianak, Kalimantan Barat. Namun nasib ternyata berkata lain. Niat untuk liburan itu tak pernah kesampaian, karena maut terlebih dahulu datang menjemput.
"Kami kenal keduanya sebagai sosok yang baik dalam bergaul. Kami merasakan kesedihan dengan musibah yang mereka alami," ungkap Gogom, rekan Ruli. (bbs, grc, jos, nom)