SELATPANJANG (HR)- Ada yang tidak tepat selama ini, dalam pelaksanaan konstruksi jalan di Kepulauan Meranti. Sebab semua bentuk pembangunan jalan dilakukan dengan sistem konstruksi rabat beton atau semenisasi.
Pelaksanaan pembangunan tersebut di satu sisi memang bisa dilakukan dalam waktu cukup singkat. Jalan yang sebelumnya tanah gambut, hanya dalam tempo beberapa minggu saja, jalan itu sudah dilapisi semen.
Namun juga tidak disadari, hanya dalam tempo beberapa tahun saja atau bahkan hanya hitungan bulan, jalan semenisasi itu akan mulai hancur. Bukan saja hancur, tapi juga akan runtuh dan patah, yang akhirnya akan menyulitkan para pengguna jalan.
“Uang habis, tapi persoalan tidak pernah teratasi. Sebab setiap tahun anggaran harus dikucurkan kembali untuk perbaikan. Dan hal itu akan terus terjadi secara berulang-ulang. Sebab jalan semenisasi di atas tanah labil seperti gambut, jalan tersebut tidak akan bertahan lama. Dengan demikian persoalan tidak pernah terjawab, dan uang pun akan terkuras habis percuma,”ungkap Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kepulauan Meranti H Ardhahni, kepada Haluan Riau di Selatpanjang kemarin.
Pekerjaan sia-sia dan tidak pernah menyelesaikan persoalan, jika membangun jalan dengan sistem semenisasi. Dan kita tidak mau mengulangi kebiasaan yang tidak tepat selama ini dalam rangka melaksanakan pembangunan, khususnya masalah pembangunan jalan di Meranti.
Saat ini kita melakukan pembangunan jalan dengan sistem pengerasan. Mulai dari menimbun dengan tanah keras, lalu tanah bercambur pasir atau batu, kemudian dilanjutkan material best c, b dan a, kemudian barulah diaspal hotmix.
Pembangunan itu juga dilakukan secara bertahab dengan melapisi terlebih dahulu dengan Uyun atau kulit sagu lalu ditutup geotex baru kemudian ditimbun dengn berbagai jenis material pengerasan tersebut.
Seperti yang kita lakukan saat ini di Jalan Pramuka, Jl Perumbi dan berbagai jalan baru lainnya. Sehingga jalan dalam kondisi dilapisi best c atau best b, masyakat nantinya tidak akan kesulitan lagi melakukan berbagai aktivitas di jalan raya. Dan paling menguntungkan, bahwa kekuatan jalan itu akan mampu bertahan lama 20, bahkan 30 tahun mendatang.
Dengan demikian selama itu biaya perawatan akan ditekan sekecil mungkin. Dan konsentrasi pembangunan lainnya akan bisa diarahkan ke hal prioritas lainnya,”terangnya.
Diakuinya juga kelihatannya pelaksanaan pola konstruksi pengerasan mengeluarkan biaya lumayan besar. Namun perlu dicatat akan jauh lebih hemat nantinya dalam perjalan selama 20 tahun biaya perawatan yang sangat minim.
“Inilah yang sudah dan akan terus kita lakukan dalam pelaksanaan pembangunan jalan di Meranti,”terangnya lagi.(jos)