KABANJAHE (HR)– Tidak ada lagi pemandangan hijau, semua berubah menjadi abu-abu. Tidak ada lagi udara sejuk melewati kulit, kini bercampur debu. Setidaknya seperti inilah gambaran pepohonan dan suasana yang ada di jalan lintas Medan-Kabanjahe.
Pemandangan yang kurang menarik tersebut bukan tanpa alasan. Tetapi disebabkan berubahnya arah angin di atas langit Sumatera Bagian Utara dari tenggara menuju timur (Medan), sehingga menyebabkan debu muntahan erupsi gunung Sinabung sampai juga ke ibukota provinsi Sumut, Medan.
Disamping pemandangan yang tidak menyejukkan mata, Waspada Online, Jumat (26/6), juga melihat pemandangan lain yang membuat kita miris. Yakni masih minimnya kesadaran masyarakat atas efek debu Sinabung jika masuk ke dalam paru-paru dan mata manusia.
Banyak diantara masyarakat enggan menggunakan masker atau kaca mata saat berpergian ke luar rumah. Bahkan di Kota Berastagi, anak yang pulang sekolah pun enggan menggunakan maskernya untuk menutupi sebahagian wajahnya. Parahnya lagi masker tersebut hanya di pegang sambil ia bersenda gurau dengan teman sebayanya.
Memang, Pemerintahan Jokowi-JK belum juga menetapkan bencana alam erupsi Sinabung menjadi bencana nasional. Akan tetapi perlunya sosialisasi yang mendalam dilakukan pemerintah daerah kepada masyarakat sekitar bencana erupsi, bahwa debu Sinabung sangat berbahaya jika terlalu banyak mengendap di dalam paru-paru manusia. Sebab debu yang terbawa angin tersebut mengandung Silica (sejenis kaca) yang mampu memicu infeksi paru-paru bagi penderitanya. (wol/ivi)