PEKANBARU (HR)-Kekhawatiran banyak pihak tentang meningkatnya intensitas kebakaran hutan dan lahan di Riau, akhirnya terbukti. Terhitung sejak Selasa (23/6), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Pekanbaru mencatat terjadinya peningkatan yang tajam dari jumlah titik panas.
Melalui Satelit Terra dan Aqua, setidaknya, BMKG Stasiun Pekanbaru mendeteksi adanya 71 titik panas yang tersebar di 10 kabupaten di Bumi Lancang Kuning. Angka ini meningkat tajam dibanding beberapa hari sebelumnya, di mana titik api hanya mencapai belasan titik.
Seperti dituturkan Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sugarin, Titik hingga Selasa sore kemarin sekitar pukul 16.00 WIB, terdapat 156 titik panas di Pulau Sumatera. "Dari jumlah itu, sebanyak 71 titik, terpantau ada di Riau yang tersebar di 10 daerah," terangnya.
Dari hasil pemantauan itu, Kabupaten Rokan Hilir memiliki titik panas terbanyak yakni sebanyak 18 titik disusul Pelalawan dengan 16 titik. Selanjutnya, menyusul Kabupaten Kampar dengan delapan titik, Kabupaten Kuantan Singingi dan Indragiri Hulu masing-masing tujuh titik panas. Di bawahnya, di Bengkalis terpantau ada lima titik, Rokan Hulu empat titik dan Siak sebanyak tiga titik panas.
"Kabupaten Indragiri Hilir dengan dua titik panas dan Kota Dumai dengan satu titik panas," tambahnya. Sementara itu untuk tingkat keakuratan di atas 70 persen atau yang mengindikasikan kemungkinan terdapat titik api, terdeteksi di tujuh Kabupaten/Kota yakni Rokan Hilir, Pelalawan, Kampar, Pelalawan, Bengkalis dan Siak.
"Di Rokan Hilir terdapat 12 titik api, Pelalawan terdapat enam titik api, kemudian Kampar empat titik api dan Kuantan Singingi dua titik api. Sementara itu di Bengkalis, Dumai dan Rokan Hulu masing-masing satu titik api," jelasnya.
Lebih lanjut, Sugarin mengatakan bahwa temperatur di Riau pada siang hari mencapai 35 derajat celcius. "Pada pukul 11.00 WIB temperatur mencapai 33 derajat celcius, dan puncaknya pada pukul 14.00 WIB, yang mencapai 35 derajat celcius," ujarnya.
Sebelumnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana menggelontorkan dana sekitar Rp40 miliar untuk pencegahan kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Riau dengan upaya teknologi modifikasi cuaca dan penyekatan kanal liar.
"Alokasi berasal dari dana siap pakai," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif, pada peluncuran dua program tersebut di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Senin kemarin.
Ia menjelaskan, dana tersebut terdiri dari Rp25 miliar untuk teknologi modifikasi cuaca untuk menghasilkan hujan buatan dengan menyemai awan dengan garam (NaCl). Penyemaian awan akan menggunakan pesawat CN-295 milik TNI AU yang dilengkapi peralatan canggih dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Menurut dia, kedua upaya tersebut perlu segera dilakukan karena Riau masih berstatus Siaga Darurat Kebakaran karena dampak fenomena Elnino membuat kemarau ekstrim akan terjadi hingga akhir tahun ini. Dengan cuaca panas dan budaya masyarakat yang masih membakar lahan, maka potensi kebakaran sangat tinggi di Riau sehingga pemerintah tidak ingin lagi bencana asap terjadi seperti tahun 2013-2014 yang mengakibatkan polusi asap hingga ke Negeri Jiran.
"Pada prinsipnya upaya ini untuk menjaga agar gambut tetap kering. Mumpung sekarang masih ada awan, kita hajar dengan teknologi modifikasi cuaca supaya terjadi hujan," katanya.
Sedangkan untuk penyekatan kanal liar (canal blocking) merupakan upaya baru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) untuk menjaga agar kondisi lahan gambut tidak cepat mengering. Syamsul Maarif mengatakan dana yang dialokasikan untuk program sekat kanal sebesar Rp15 miliar untuk 1.000 kanal, sehingga rata-rata pembuatan satu kanal mencapai Rp15 juta.
"Tugas dari pemerintah daerah adalah memastikan lokasi dimana akan dilakukan sekat kanal," ujarnya. (ant)