TELUK BELITUNG (HR)–Seluruh masyarakat Kecamatan Merbau, sejauh ini masih mengharapkan turunnya hujan untuk menutupi kebutuhan air bersih. Sama dengan kehidupan masyarakat Meranti lainnya, tidak ada pasokan air bersih untuk dikonsumsi kecuali bersumber dari air hujan.
Sementara di Kecamatan Merbau itu sendiri, selama ini telah memiliki fasilitas PDAM. Dengan memanfaatkan sumber air dari Sungai Hulu Asam.
Namun sejak Meranti mekar menjadi sebuah daerah otonomi baru, keberadaan PDAM tersebut langsung ditinggalkan. Akibatnya sejak saat itu harapan wargapun kembali pupus untuk mendapatkan air bersih dalam kebutuhan keluarga sehari-hari itu.
“Kami berharap pemerintah kabupaten agar kembali menghidupkan operasional PDAM tersebut. Sehingga kebutuhan air bersih bisa didapatkan tanpa menunggu hujan turun,”ungkap Haji Badrun warga Kecamatan Merbau berdomisili di Teluk Belitung, kepada Haluan Riau Senin kemarin.
Pak haji ini mengakui sejak beberapa tahun belakangan ini karena sarana PDAM tersebut tidak dimanfaatkan, akhirnya para remaja menjadikannya sebagai lokasi mesum saat malam hari.
Keberadaan PDAM yang berlokasi di Kelurahan Teluk Belitung yang dibangun tahun 2005 lalu itu, saat ini justru telah berubah fungsi.
Dijadikan menjadi tempat persinggahan memadu kasih bagi kaum muda. Terutama di malam hari. Sehingga keberadaan PDAM itu menjadi momok bagi para orangtua.
"Untuk itu kita berharap kepada pemerintah agar segera memfungsikan PDAM tersebut, sehingga tidak ada alasan bagi kaula muda lagi untuk menggunakan tempat itu sebagai ajang esek-esek,”kata pak haji ini risau.
Hal yang sama juga diucapkan Ali, warga Kelurahan Teluk Belitung, mengatakan cukup risih dengan keberadaan bangunan PDAM itu yang dimanfaatkan para anak muda untuk tujuan lain.
Menurut Ali, jika serius ingin membangun PDAM di Teluk Belitung, maka bisa memanfatkan hulu sungai asam sebagai sumber bahan baku air bersih. Tapi harus dibendung terlebih dahulu, kemudian disalurkan ke tempat penampungan untuk diolah. ***