PEKANBARU (HR)-Setelah selesai menggelar kegiatan Pekan Bahasa pada pekan lalu, Balai Bahasa Provinsi Riau, Senin (8/6), resmi memulai kegiatan Pekan Sastra yang akan berlangsung dari tanggal 8—13 Juni 2015 di Kantor Balai Bahasa Provinsi Riau.
Kegiatan yang menggelar berbagai lomba, yaitu Lomba Membaca Cerita Rakyat, Lomba Dendang Syair, Membaca Puisi, Berbalas Pantun, Mendongeng, dan Festival Musikalisasi Puisi.
Khusus untuk hari pertama Pekan Sastra, Lomba Membaca Cerita Rakyat yang diperuntukan untuk guru SD mendapat prioritas diperlombakan dengan mengusung lima cerita dari Riau, yaitu Putri Tujuh, Putri Kaca Mayang, Bujang Buta, Legenda Batang Tuaka, dan Asal Mula Pulau Sangkar.
“Cerita rakyat yang akan dibacakan peserta lomba berdasarkan apa yang mereka peroleh pada saat pencabutan undian sebelum bertanding. Jadi mereka sengaja tidak diberi tahu apa yang akan mereka bacakan saat di panggung,” kata Raja Rachmawati, panitia lomba pada wartawan, Senin (8/6).
Raja Rachmawati menekankan bahwa dewan juri yang terdiri dari Abel Tasman (Dinas Pendidikan dan Penulis), Hang Kafrawi (Unilak), dan Fedly Aziz (Selembayung Teater) akan memberikan penilaian dari dari teknik membaca (vokal, ekspresi, tempo), penguasaan cerita dan penampilan. “Peserta diberi waktu untuk membaca cerita yang sudah disediakan sekitara 13-15 menit. Nanti kita akan memilih 6, pemenang 1-5 dan Favorit,” jelasnya.
Lebih jauh Raja Rachmawati, menjelaskan bahawa kegiatan ini sudah menjadi agenda rutin Balai Bahasa Provinsi Riau setiap tahunnya. Mereka yang terpilihnya nanti sebagai Pemenang I, insyaallah akan berlaga lagi di tingkat regional di Medan dalam lomba yang sama. “Jadi Balai Bahasa mencari peserta dengan penampilan terbaik dan mampu mengharumkan nama Riau di kancah nasional,” harapnya.
Ditanya apa tujuan dari kegiatan ini, Raja Rachmawati mejelaskan untuk memotivasi guru menyajikan pelajaran sastra di sekolah supaya lebih menarik.
Juga, untuk mengapresiasi dan memotivasi guru agar membaca karya sastra.
”Tidak itu saja, diharapakan wadah ini menjadi ajang saling belajar antarguru dalam menyajikan pelajaran sastra di sekolah. Sebab, selama ini orang memandang sebelah mata terhadap karya satra,” kata Raja Rachmawati.(rls/hai)