Riaumandiri.co - Tradisi Petang Megang dimaknai sebagai kebiasaan masyarakat menyucikan diri dan membersihkan diri dari segala sifat dan kebiasaan buruk kita selama ini. Petang Megang adalah tradisi yang sudah ada sejak dahulu kala.
Meskipun tradisi ini tak bisa memastikan kapan dimulai, intinya Petang Megang merupakan bagian dari budaya Melayu Riau yang tak terpisahkan untuk menyambut bulan suci Ramadan dengan semangat suci dan penuh kegembiraan.
Biasanya, Petang Megang ini dilakukan di tepian Sungai Siak, Sungai merupakan simbol dan sumber kehidupan masyarakat Melayu.
Seperti dikatakan Penjabat Sekretaris Daerah (Sekda) Pekanbaru, Zulhelmi Arifin bahwa Petang Megang dilakukan dengan penuh suka cita dan kegembiraan, tentu momentum ini juga harus dimanfaatkan sebagai waktu bersilaturahmi dan berkumpul bersama sama.
"Saya ingin mengutip hadist shahih yang artinya barang siapa yang berbahagia dengan datangnya bulan Ramadan, diharamkan jasadnya dari api neraka, Petang Magang ini sesuai dengan adat bersandi syara karena bergembira datangnya Bulan Suci Ramadan," ujarnya.
Bersyukur memasuki bulan Ramadan karena saatnya menjadikan diri lebih baik dengan memperbanyak membaca Alquran, beribadah, dan juga muhasabah diri.
Petang Megang biasanya identik dengan Mandi limau atau balimau. Air yang digunakan untuk mandi Belimau ini merupakan air rebusan limau purut dicampur dengan serai wangi, ako siak-siak (akar siak), daun nilam, mayang pinang dan irisan bunga rampai.
Namun, tradisi Petang Megang kali ini cukup tampak berbeda dengan hanya dilaksanakan secara simbolis di Masjid Raya Pekanbaru.
Tradisi Balimau yang seharusnya mandi di Sungai Siak diganti dengan usapan air limau kepada anak Yatim dengan memberikan sejumlah sedekah dari Pemko Pekanbaru.
Tradisi ini merupakan bentuk ajakan kepada masyarakat agar menggiatkan hidup bersih dan sehat, tak hanya itu, Petang Megang juga bermakna agar bergotong royong secara bersama sama.
"Mari kita hidup bermasyarakat dan berbudayaa biasanya adat bersyandikan syara, syara bersyandikan Kitabullah budayakan hidup bersih, mulai dari diri kita sendiri," kata Kepala Disbudpar Kota Pekanbaru, Masriyah.
"Kemudian dengan gotong royong segala berat pun mulai merasa ringan, saat kerja nya ringan, itu budaya tradisi turun temurun dari sesepuh kita, dulu mendirikan rumah tak perlu tukang cukup panggil tetangga, gotong royong akan ringan, kita tetap mengembangkan menghidupkan tradisi sesepuh kita, secara turun temurun, dimana mana Pekanbaru sehari mengadakan petang, ini hanya simbolis kegiatan silahkan buat sendiri, tetap jaga keselamatan dirumah juga boleh, Tuah Madani tak buat di sungai tapi di lapangan semuanya ikut mengembangkan dan mempertahankan budaya lokal kita," lanjutnya.
Dalam pelaksanaan Petang Megang biasanya dimulai dengan ziarah kubur yang akan dilakukan Kepala daerah serta para tokoh di Pekanbaru.
Ziarah kubur dilakukan di kompleks Makam Marhum Pekan yang berada dalam kawasan Masjid Raya Senapelan di Jalan Masjid Raya, Kelurahan Kampung Bandar, Kecamatan Senapelan, Kota Pekanbaru.
Di pemakaman tersebut terdapat makam pendiri dan tokoh-tokoh yang telah berjasa dalam mendirikan Kota Pekanbaru, yakni Makam Sultan Siak ke-5 yakni, Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah dengan gelar Marum Pekan
Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah ini menggantikan sosok ayahnya Sultan Siak ke-4 yakni Sultan Abdul Jalil Alamuddinsyah atau Tengku Alam yang bergekar Marhum Bukit.
Pemerintahan Kesultanan Siak dimasa pemerintahan kedua Sultan ini berkedudukan di Senapelan atau yang kini kita kenal dengan nama Pekanbaru. Belau pula lah yang dikenal sebagai Pendiri Pekanbaru.
Setelah berziarah di makam pendiri Pekanbaru dilanjutkan dengan shalat Ashar berjamaah di Masjid Raya Senapelan.
Arak-Arakan Menuju lokasi Mandi Balimau di Kawasan Rumah Singgah Tuan Kadi di bawah Jembatan Siak III. Dalam arak-arakan tersebut diiringi dengan kompang dan rebana.
Dalam pelaksanaan Mandi Balimau dibuka secara simbolis dengan penabuhan bedug yang biasanya dilakukan oleh Walikota Pekanbaru, Gubernur Riau dan sejumlah pejabat.
Kemudian dilakukan acara Mandi Balimau yang secara simbolis dilakukan pengguyuran terhadap beberapa anak yatim. Kemudian ada pula lomba menangkap itik disungai siak serta rangkaian lainya.
Dilanjutkan bersih-bersih atau mandi di Sungai Siak. Namun pada tahun ini kegiatan tersebut hanya diganti secara simbolis dengan mengusapkan air limau kepada anak yatim.