Riaumandiri.co - Debat pemilihan pasangan calon (paslon) Walikota dan Wakil Walikota Pekanbaru , Jumat (8/11) malam berlangsung sangat panas di Gedung SKA Co-Ex.
Para paslon tampak tampil tegas dan memukau dengan persiapan yang tampaknya sangat matang.
Saling tanya dan membantah tak terelakkan lagi, permasalahan Kota Pekanbaru dimulai dari banjir, parkir, sampah dan kebudayaan menjadi topik hangat.
Dimulai dari masalah parkir, pasangan Muflihun- Ade bertanya kepada pasangan Ida yang mengatakan persoalan parkir adalah terkait pelayanan dasar, dan menjamin agar kendaraan masyarakat tidak mudah hilang ataupun rusak.
"Pertama pelayanan parkir ke masyarakat itu sebenarnya tujuannya agar lalu lintas tidak amburadul," kata Ade Hartati.
Kedua paslon itu menjanjikan parkir secara berlangganan yang ada di setiap tahunnya.
Kemudian pasangan Ida Yulita- Kharisman Risanda tidak menyetujui adanya parkir berlangganan tersebut, lantaran tak hanya masyarakat Pekanbaru saja yang bisa parkir di beberapa tempat Kota Pekanbaru.
"Untuk sistem berlangganan itu gimana caranya, yang parkir kan tidak hanya masyarakat Kota Pekanbaru, bagaimana yang datang dari luar kota, kami tidak setuju, kami akan terapkan sistem zonasi, bicara gratiskan parkirnya," ujarnya.
Permasalahan banjir di Pekanbaru juga menjadi sorotan, seperti diketahui, apabila Pekanbaru diguyur hujan sebentar saja, genangaan air memenuhi jalanan yang ada.
Pasangan Bertuah (Muflihun-Ade Hartati) menyebutkan banjir bisa diatasi dengan masterplan, kemudian juga harus memperhatikan bangunan ruko yang selama ini menghambat drainase yang ada.
"Kami Pj sudah dua tahun, kami melakukan pembenahan drainase yang ada di Pekanbaru, buat master plan banjir," ujar Muflihun.
Kemudian, pasangan Ayus-Taufik (INTAN) mengatakan juga solusi mengatasi banjir yakninya ada tiga, waduk, pintu air, dan danau.
"Kita bangun waduk di Tenayan untuk atasi banjir, kemudian danau yang sebentar lagi peletakkan batu pertama di UNRI, kemudian juga pembangunan pintu pintu air," sebut Ayus.
Pasangan Idaman (Ida-Kharisman) menawarkan solusi revisi rencana tata ruang wilayah (RTRW) dengan menata bangunan yang menutup aliran sungai dan air.
"Kita revisi RT RW, dan perlu adanya pembenahan dari hulu ke hilir," kata Ida.
Selanjutnya pasangan Edy Natar- Destrayani Bibra menyebutkan masalah banjir tergantung kondisi sungai dan drainase tersebut, harus identifikasi masalahnya.
"Kita ada 18 sub sungai, ada 375 masalah dan 120 titik banjir, kemudian juga identifikasi apa hambatannya, ada yang alami seperti pasir sedimentasi, dan ada fisik seperi gorong gorong, itu pengentasannya berbeda," kata Edy Natar.
Pasangan Agung Nugroho-Markarius Anwar menyebut dirinya sering melakukan semenisasi, jadi solusinya adalah semenisasi drainase dan eksekusi master plan yang sudah ada.
Selain itu, pasangan AMAN juga akan membangun kolam retensu dan menambah ruang terbuka hijau bagi masyarakat.
"Kiita akan semenisasi drainase, master plan akan dieksekusi, bagi kami cukup satu tahun anggaran saja," katanya.
Perdebatan juga terjadi soal sampah, pasangan INTAN menanyakan kepada PATEN soal koordinasi pengelolaan sampah ketika menjadi Gubernur Riau.
"Perlu diketahui, kepala daerah dapat mengkoordinir dan menurunkan aparat secara komprehensif , tapi saya liat belum, seharusnya Pekanbaru sebagai Ibu Kota Provinsi bapak mengkoordinir tak menunggu menjadi Walikota," ujar Taufik Arrakhman.
Ayus menambahkan perlunya ada political will dari seorang pemimpin kepala daerah untuk menyelesaikan permasalahan.
Edy Natar menanggapi hal tersebut dengan tegas, bahwasanya cakupan Gubernur tersebut luas, dan ia memprioritaskan dan menyelesaikan persoalan PT SIR dengan masyarakat Okura kala itu.
"Ruang lingkup Gubernur itu luas, saya selama 2 bulan menjabat, mampu menyelesaikan masalah PT SIR di Okura, sehingga masyarakat disana mendapatkan 20 persen plasma dan ini jauh lebih penting, mungkin jika waktu panjang bisa saya selesaikan," tegas Edy Natar.
Persoalan kebudayaan Melayu yang kini kalah eksis dibanding budaya barat menjadi sorotan debat.
Pasangan Bertuah menyatakan akan membangun alun alun Kota Pekanbaru yang bertempat di bawah Jembatan Sungai Siak untuk pentas budaya, kemudian revitalisasi tempat bersejarah Kota Pekanbaru.
"InsyaAllah kita sudah DED kan pembangunan alun alun untuk pentas budaya, kemudian kita akan revitalisasi kampung tua senapelan," kata Muflihun.
Sedangkan pasangan INTAN mengatakan jika budaya ingin disenangi maka harus dibiasakan dan terlatih, ia mencontohkan pantun yang sering digaungkan salah satu maskapai di Indonesia.
"Jangan sampai kalah sama Citilink, mereka biasa, keliling keliling bahkan, kalau budaya mau disenangi biasakan dan harus dipaksakan, dan gunakan simbol simbol budaya kita," kata Ayus.
Sedangkan pasangan IDAMAN mengusung pembangunan sirkuit anak muda berbudaya melayu sebagai program meningkatkan budaya, selain itu juga menjadikan LAM Pekanbaru sebagai tempat semua suku namun tetap dalam panji melayu.
"Pekanbaru kota heterogen, kitta jadikan Rumah Adat LAM itu tempat semua suku tapi dalam panji panji melayu, begitu juga dengan pembangunan sirkuit dan tempat kreatif anak muda dalam panji melayu," ujar Ida Yulita.
Pasangan PATEN mengusung pengembangan Dekranasda, integrasi budaya dengan pendidikan, dan promosi budaya.
"Kita akan kembangkan Dekranasda karena bagaimana pun, tak bisa kita lepas dari globalisasi, dan juga kita akan mempromosikan budaya kita ke nasional dan Internasional," kata Destrayani Bibra.
Lanjutnya, pasangan AMAN mengusung Pekan Budaya Melayu sedunia yang mengundang Singapura, dan Johor, kemudian mengaktifkan dunia melayu dunia islam.
"Kita akan mengusung Pekan Budaya Melayu sedunia pada 23 Juni ulang tahun Pekanbaru dan akan aktifkan DMDI, dunia Melayu dunia islam," kata Agung Nugroho.