TELUK KUANTAN (HR)-Badan Pusat Statistik mencatat, sebanyak 31.599 rumah tangga di Kuansing menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian tanaman karet.
Sejak anjloknya komoditi karet membuat masyarakat kesulitan ekonomi, terutama memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Saat ini harga karet dijual Rp5-Rp7 ribu per kilonya.
"Sekarang kalau tidadal menggantungkan hidup menderes kebun karet orang lain, tentu kita tidak akan bisa makan," kata Ijon petani karet. Sedangkan menderes kebun karet sendiri untuk makan tidak cukup. Sebagian besar masyarakat di Kuansing hidup dari hasil getah karet.
Menurutnya, dibandingkan harga kebutuhan pokok saat ini harga komoditi karet ditingkat petani tidak sebanding dengan kebutuhan hidup. Meskipun beberapa petani ada yang menjual harga karetnya lebih tinggi, tetap saja hanya mampu hidup seadanya.
Saat ini kehidupan masyarakat serba kekurangan dan sudah mengarah kepada kesengsaraan. Pemerintah seolah tidak berdaya mengatasi keluhan masyarakat yang menggantungkan dari hasil pertanian karet. Sudah seharusnya pemerintah memberikan subsidi kepada masyarakat .
Kepala BPS melalui Kasubag Andri mengatakan, data BPS tahun 2013 sedikitnya ada 41.878 Rumah Tangga Usaha Tanaman Tahunan. Jumlah tersebut yang menggantungkan hidup pada tanaman karet mencapai 31.599 rumah tangga, Diikuti kepala sawit 15.349 rumah tangga, kelapa 3.249 rumah tangga, kakao 675 rumah tangga, kopi 48 rumah tangga dan pinang atau jambe 342 rumah tangga. (rob)