Riaumandiri.co - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Riau bersama organisasi dan koalisi masyarakat sipil Riau mengadakan pawai dengan membawa orang orangan sawah yang menandakan suasana pertanian.
Aksi yang digelar di CFD Pekanbaru tepat di Tugu Zapin merupakan tuntutan orang muda untuk Reforma Agraria.
Aksi di awali dengan long March dengan membawa dua spanduk besar yang bertuliskan "Tuntutan orang muda untuk Reforma Agraria sejati," dan "Tanah untuk petani, bukan untuk korporasi, kembalikan hak petani,".
Presiden Nasional (Presnas) I Ikatan BEM Pertanian Se Indonesia, Khariq Anhar yang turut hadir mengatakan agar dalam peringatan hari Tani ini diharapkan adanya perbaikan sistem Agraria.
"Ikatan BEM Pertanian Indonesia mengikuti aksi hari Tani ini, dengan adanya perbaikan sistem Agraria," kata Khariq.
IBEMPI menyebutkan negara hanya fokus pada peningkatan produksi beras dan hasil panen, namun tidak memperhatikan nasib para petani.
"Hari ini negara abai, meningkatkan produksi sebagai komoditi luar biasa, tentu ada pembagian anggaran, tapi kesejahteraan petani tidak diperhatikan," sebutnya.
Khariq menyebut agar hal yang bernama korporasi harus dihilangkan karena pertanian merupakan prioritas untuk rakyat.
Ia juga terinspirasi pada gerakan petani dan lagu Bellaciao. "Saya terinspirasi gerakan Bellacio, ketika perang tiba petani ditinggalkan negara mereka lakukan demo dan aksi besar besaran," katanya.
Diketahui Bella ciao adalah lagu rakyat / folk bangsa Itali yang dinyanyikan sebagai tindakan memprotes atau menaikkan semangat. Lagu ini berdasarkan dari kisah kesusahan golongan petani terutama bagi kaum wanita mondina (petani sawah padi) sekitar akhir abad ke-19 yang kerap dinyanyikan untuk memprotes kerja keras keadaan bersawah di kawasan pedalaman di utara Itali.
Perwakilan perempuan massa aksi, Sri Depi Surya Azizah menceritakan perjuangannya dengan masyarakat Mendol maupun Rupat.
Menurutnya petani memiliki hak untuk mengolah tanahnya menjadi hasil alam dan sumber daya yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup.
"Selama ini bisa lihat baik petani maupun perempuan petani pasti ada laki-laki dan perempuan, petani tak punya tanah apa yang mau diolah," katanya.
Ia menambahkan tiga tahun yang lalu, pemerintah memberikan izin HGU kepada PT TUM yang dapat merenggut tanah petani Mendol.
"Disana masyarakat mendol mengelola tanah, mereka tak dapat legalitas tanahnnya. Di tiga tahun yang lalu dikasih legalitas tanah oleh Pemerintah Pusat maupun daerah, perjuangan masyarakat untuk mencabut HGU PT TUM," kata Depi.
"Saat ini walaupun dicabut menggugat balik pemerintah yang cabut izin, memenangkan di Pengadilan. Pemda kalah, masyarakat masih berjuang pemerintah daerah memiliki kebijakan yang berpihak," sambungnya.
Depi yang mewakili perempuan tentu merasa perlu dilindungi hak dan tanah petani agar perempuan tak memiliki beban ganda.
"Jika tanah diolah masyarakat bagaimana nasib petani, ada penderitaan berlapis, tanahnya hilang bagaimana perempuan bergantung pada SDA, airnya, sumber daya alamnya direbut, bagaimana menghidupi keluarga nya," ujarnya.
Menurutnya setiap kebijakan pemerintah harus melibatkan perempuan dalam pembahasan maupun keputusannya.
"Setiap kebijakan sudahkah negara melibatkan perempuan, jika tidak maka tidak menguntungkan perempuan, jika tanah dirampas tentu perempuan beban ganda, mencari pekerjaan tambahan di Rupat," sebutnya.
Koordinator Pondok Belantara Eko Handyko Purnomo, mengajak agar para mahasiswa tidak malu untuk bertani.
Hal tersebut lantaran selagi ada manusia, maka masih membutuhkan pangan untuk makan.
"Ya kita berharap sampai hari ini tetap ada petani, anak anak muda sekarang lebih energik, jangan malu jdi petani, sampai kapanpun selagi manusia butih hasil rani yang dimakan," kata Eko.
Ia melanjutkan agar mahasiswa bisa membuat inovasi tepat guna untuk meningkatkan produktifitas hasil pertanian.
"Teman teman mahasiswa pertanian teman teman yang punya keahlian untuk menemukan alat teknologi tepat cuma untuk peningkatan pertanian yang ada di negara yang katanya Agraria," tutupnya.
Perwakilan mahasiswa Universitas Sains Teknologi Indonesia, Sabila mengatakan aksi hari ini menyuarakan hak petani yang tidak pernah didapatkan dan selalu dirampas.
"Aksi petani yang dilakukan bersama sama Koalisi Riau dengan hari ini teman teman tahu kan bagaimana petani kita yang tidak mendapatkan hak haknya, berlahan selalu dirampas, diluar sana," katanya.
"Teman teman yang katanya Indonesia Reforma Agraria, janji pemerintah buat adalah ilusi belaka yang tanah kita digarap, harta kita di rampas dan perempuan petani yang tak pernah didukung," sambungnya.
Perlu diketahui,Reforma agraria Suatu penataan kembali atau penataan ulang) susunan pemilikan, penguasaan, dan penggunaan sumber-sumber agraria untuk kepentingan rakyat. Yang tujuannya menolong rakyat kecil, mewujudkan keadilan dan meniadakan atau setidaknya mengurangi ketidakmerataan.
Dalam praktiknya, terdapat tiga persoalan pokok dalam melaksanakan reforma agraria; pertama ketimpangan penguasaan tanah negara, kedua timbulnya konflik agrarian yang dipicu tumpang tindihnya kebijakan distribusi lahan pada masa lalu, ketiga timbulnya krisis sosial dan ekologi di pedesaan.