RIAUMANDIRI.CO - Indonesia mendapatkan predikat sebagai negara penyumbang sampah plastik ketiga terbanyak di dunia berdasarkan hasil studi dari University of Leeds, Inggris.
Menanggapi hal itu, Ketua DPR RI Puan Maharani meminta pemerintah melakukan langkah konkrit dalam mengatasi permasalahan sampah plastik dan mengajak generasi muda untuk berpartisipasi aktif pada gerakan menjaga lingkungan.
"Ini adalah sinyal yang sangat mengkhawatirkan dan mendesak, sehingga harus dilihat sebagai krisis nasional. Pemerintah harus punya sikap tegas dalam komitmennya menyelesaikan permasalahan sampah plastik ini," ujar Puan dalam keterangan tertulisnya, Kamis (12/9/2024).
Dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature, terhitung 52 juta ton produk plastik mencemari lingkungan pada 2020, yang jika dideretkan dalam satu garis, akan membentang mengelilingi dunia lebih dari 1.500 kali.
Data global pada 2020 dalam studi tersebut, Indonesia diketahui menghasilkan 3,4 juta ton sampah plastik, dan yang pertama adalah negara India dengan 9,3 juta ton kemudian disusul oleh Nigeria dengan 3,5 juta ton.
Penelitian yang menunjukan angka sampah di Indonesia sangat besar juga dihasilkan dari penelitian Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang menemukan bahwa Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik ke-2 terbesar di dunia.
Puan menilai predikat Indonesia sebagai salah satu negara penghasil sampah plastik terbanyak bukan sekadar menunjukkan statistik, melainkan peringatan serius terhadap kegagalan sistem pengelolaan sampah di Indonesia.
“Dibutuhkan komitmen bersama dari seluruh elemen bangsa agar Indonesia dapat mengurangi sampah plastik yang akan berkontribusi terhadap suksesnya kebijakan ekonomi hijau dan melindungi ekosistem laut,” tuturnya.
Secara khusus, Puan mengajak generasi muda untuk berpartisipasi aktif dalam melakukan kampanye pengurangan penggunaan plastik. Generasi muda memiliki kemampuan yang baik untuk memberi influence, apalagi didukung dengan sarana dan berbagai akses fasilitas yang saat ini sudah cukup maju,” ungkap Puan.
“Maka saya berharap, generasi muda dapat menjadi motor penggerak di Indonesia dengan mengkampanyekan pentingnya menjaga lingkungan, termasuk dalam hal mengurangi penggunaan plastik,” imbuhnya.
Dengan akses dan lingkungan generasi muda yang lebih luas, Puan mengatakan kampanye bersih-bersih plastik di Indonesia dapat semakin efektif. Generasi muda diharapkan dapat mengajak semua lini dengan memberi contoh hidup ‘go green’ dan mengurangi penggunaan plastik.
“Generasi muda punya peranan penting pada isu-isu lingkungan mengingat saat ini anak muda Indonesia punya pemahaman dan tingkat literasi yang relatif maju. Dengan menunjukkan gaya hidup ‘hijau’, generasi muda juga berkontribusi terhadap keberlangsungan masa depan bangsa,” kata Puan.
Puan diketahui merupakan salah satu tokoh nasional yang memiliki concern terhadap isu lingkungan, termasuk dalam pengurangan sampah plastik. Dalam berbagai forum internasional, ia kerap mengangkat isu lingkungan salah satunya terkait pentingnya pengurangan sampah plastik yang turut menjadi bagian dalam mengatasi perubahan iklim.
Tak hanya itu, Puan juga sering berdiskusi dan berkolaborasi dengan berbagai komunitas, termasuk kelompok generasi muda dalam mengatasi tantangan pada isu lingkungan. Seperti dalam forum 144th Inter-Parliamentary Union (IPU) Assembly yang digelar di Bali tahun 2022 lalu di mana Puan menggandeng Melati Wijsen, pemimpin gerakan Youthtopia yang bertujuan memberdayakan anak-anak muda agar menjadi agen perubahan.
Melati merupakan seorang penggagas dari Bye Bye Plastic Bags, sebuah organisasi yang menghimpun pemuda dari seluruh dunia yang berjuang menghentikan pemakaian kantong plastik. Di forum IPU itu, Puan mengajak serta Melati berbicara di hadapan ratusan anggota-anggota parlemen dari berbagai belahan dunia tentang pentingnya kerja sama mengurangi sampah plastik demi masa depan bumi.
Dalam mendukung pengurangan sampah plastik, Puan juga memimpin DPR lewat program DPR Hijau yang bertujuan memerangi krisis iklim. DPR Hijau ialah gerakan untuk mengurangi penggunaan plastik dan kertas di setiap satuan unit kerja lembaga legislatif tersebut.
"Gerakan DPR Hijau ini sebagai dukungan kami dalam pengurangan limbah plastik maupun bahan-bahan yang sulit didaur ulang. Ini adalah komitmen kami di parlemen untuk membudayakan gaya hidup go green," jelas Puan. (*)