Riaumandiri.co - Badai Siklon Shanshan dilaporkan mulai mereda setelah menewaskan tujuh orang dan menimbulkan kerusakan saat melanda pesisir Pasifik di wilayah Jepang tengah.
Badan Meteorologi Jepang (JAM) memperingatkan longsor, banjir dan kenaikan air sungai di barat dan timur Jepang masih dapat terjadi.
JAM mengatakan risiko bencana masih tinggi karena turunnya permukaan air tanah akibat curah hujan tinggi sejak badai itu menghantam pesisir selatan Jepang pada Kamis (29/8).
JAM mengatakan kondisi atmosfer yang tidak stabil di pesisir Pasifik di Jepang timur yang disebabkan awan hujan di sekitar topan tropis dan masuknya udara hangat dan lembab dari sistem tekanan tinggi Pasifik menyebabkan hujan lebat dan badai petir.
Pada Ahad (1/9), perusahaan operator kereta Central Japan Railway mengatakan layanan kereta cepat Shinkansen masih terganggu. Tapi layanan jalur Tokyo-Osaka yang sempat ditangguhkan akan kembali beroperasi.
Kantor berita Kyodo melaporkan satu orang di Fukuoka menjadi korban ketujuh yang tewas dalam peristiwa yang berkaitan dengan Badai Shanshan.
Sebelumnya, topan tersebut merayap ke arah timur, mengguyur banyak daerah-daerah dengan hujan lebat, memicu peringatan tanah longsor dan banjir hingga ratusan kilometer dari pusat badai.
Sebelumnya, stasiun televisi NHK menayangkan rekaman yang menunjukkan atap-atap rumah terlepas, sementara mobil terendam banjir di jalanan. Curah hujan yang dibawa badai yang mendarat di Kyushu pada Kamis lalu tembus rekor.
Pada Sabtu (31/8), badan penanggulangan bencana Jepang mengatakan 1 orang hilang dan lebih dari 100 orang terluka. Perusahaan listrik Kyushu Electric mengatakan lebih dari 35 ribu di Prefektur Kagoshima mengalami pemadaman listrik.
Shanshan, yang berpusat di Samudra Pasifik sekitar 480 kilometer barat daya Tokyo pada Sabtu pukul 12.50 waktu setempat, memicu hujan lebat hingga ke prefektur paling utara Hokkaido. Meskipun dilaporkan mulai mereda sejak Jumat (30/8), kecepatan angin yang dibawanya mencapai 25 meter per detik.