Riaumandiri.co - Cagak merupakan alat yang tidak bisa lepas dari pelaksanaan pacu jalur tradisional di Kuantan Singingi (Kuansing), setiap dentuman yang dikeluarkannya menjadi pertanda bahwa telah sahnya hilir aduan jalur.
Meriam sebutanya yang lebih umum dikenal, alat ini terbuat dari besi yang berbentuk tabung, bagian depan berlubang lalu dibagian belakang ditutup. Di bagain belakangnya, terdapat lubang kecil berfungsi sebagai tempat penyulut api.
Keberadaanya wajib berada di setiap gelanggang arena pacu, ini pun terlihat di Tepian Narosa yang saat ini masih berlangsung perhelatan Festival Pacu Jalur Tradisional Tahun 2024.
Cagak ini posisinya berada di pancang start, ketika aduan pacu sah maka tukang cagak akan membunyikan cagaknya sebagai pertanda telah resminya hilir tersebut. Demikian seterusnya bagaimana penggunaan cagak ini.
Ada semacam bubuk karbit atau sejenisnya di masukan ke dalam cagak kemudian diberi air sedikit. Setelah itu, lubang depan cagak akan ditutup rapat, begitu juga lubang pemicunya. Rendaman belerang dibiarkan untuk bereaksi beberapa waktu.
Disaat bendera merah dijatuhkan panitia pemanggil, setelah itu tukang cagak akan menyulut api ke lubang kecil, lalu akan keluar bunyi dentuman keras sehingga terdengar ke seluruh penjuru lokasi.
Bagi yang tidak mendapat tempat untuk menyaksikan sah nya hilir dilepas, bunyi dentuman cagak ini lah yang menjadi pertanda bahwa hilir tersebut telah resmi. Dan begitu sebaliknya, jika ada hilir akan tetapi cagak tidak berbunyi maka hilir tersebut tidak sah.
Namun, bunyi cagak ini tak selalu menetukan sahnya hilir demi hilir, sebab aduan hilir dapat terjadi beriringan dengan berdekata waktu. Situasi semacam ini yang tidak dapat diikuti tukang cagak, sebab tukanh cagak perlu waktu mengisi ulang bubuk belerang atau sejenisnya.