Riaumandiri.co - Fakultas Pertanian Universitas Riau kali ini membuat suatu inovasi untuk pertanian berkelanjutan.
Salah satunya membuat sebuah produk pertanian Vermikompos, hal ini dipercaya sebagai upaya pengolahan limbah kelapa sawit berupa pelepah yang dapat menjadi pupuk organik
Tim Pengabdian dari mahasiswa, Faizul Lutfi mengatakan kepada wartawan Haluan bahwasanya petani sawit cenderung menggunakan pupuk anorganik dan maka dari itu dilakukan pengolahan limbah sawit jadi pupuk organik.
"Vermikompos ini sebagai upaya penerapan praktik pertanian berkelanjutan, petani sawit yang saat ini cenderung intensif memakai pupuk anorganik, maka dilakukan praktik pengolahan limbah kelapa sawit berupa pelapah menjadi pupuk organik yang disebut vermikompos atau kascing," ujar Faizl.
Lanjut nya, kegiatan tersebut dilakukan di Gapoktan Manunggal Sakti, Kampung Sialang Sakti, Kabupaten Siak, Riau pada Jum'at (26/7).
Kebun sawit disana rata rata diklaim sudah bersertifikat ISPO. "Rata rata kebun yang berada di bawah naungan Gapoktan manunggal sakti sudah bersertifikasi ISPO semua," ungkapnya.
Maka dari itu tujuan dari pengabdian tersebut juga mendukung ISPO dan praktek pertanian berkelanjutan.
"Jadi untuk penerapan ISPO ini harus ada praktik pengelolaan limbah kelapa sawitnya, maka dari itu pengabdian ini sebagai bentuk upaya mendukung ISPO dan praktik pertanian berkelanjutan," kata Faizul.
Pengomposan pupuk organik Vermikompos dilakukan dengan menggunakan Cacing African Nightcrawler (ANC).
Cacing ANC merupakan spesies cacing tanah yang biasa digunakan untuk pengomposan, lantaran cacing tersebut memakan sampah sampah organik.
Kemudian, cacing ANC tersebut diberi kotoran sapi lalu ditambahkan dengan serbuk gergaji dan pelepah sawit yang telah dicacah dengan mesin.
"Nanti campurannya diberi kotoran sapi lalu ditambahkan serbuk gergaji dan pelepah sawit yang telah dicacah dengan mesin, perbandingannya 1:1," katanya.
Dosen Agroteknologi UNRI, Nursiani Lubis. S.P., M.Agr menyebutkan pelatihan Vermikompos dilakukan agar menjaga air dan tanah dari degradasi pemakaian pupuk anorganik secara berlebihan.
"Kegiatan pelatihan Vermikompos ini dilakukan sebagai bentuk upaya dalam praktik pertanian berkelanjutan, guna menjaga air dan tanah agar tidak terdegradasi dampak pemakaian pupuk anorganik secara berlebihan, " ujarnya.
Lanjut Nursiani, pengelolaan limbah kelapa sawit yang digunakan berupa pelepah pada umumnya hanya ditumpuk pada gawangan yang mati.
Sehingga hal tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
Kerja sama yang dilakukan Tim Pengabdian dengan Gapoktan tentunya dapat mendukung penerapan ISPO perkebunan kelapa sawit.
Kegiatan ini akan dilaksanakan secara berkelanjutan, tentu untuk mengembangkan kemajuan sawit kedepannya.
Perlu diketahui, ISPO atau Indonesia Sustainable Palm Oil merupakan standar mutu yang berdasarkan prinsip prinsip dan kriteria pengelolaan bisnis kelapa sawit yang berkelanjutan.