Riaumandiri.co - Menjelang Hari Raya Idul Adha 1445 H, peternak lokal di Provinsi Riau menghadapi tantangan berat dengan menurunnya penjualan hewan kurban.
Kondisi ini disebabkan oleh membanjirnya hewan kurban dari luar provinsi yang telah mendapatkan izin masuk ke Riau. Situasi ini membuat para peternak lokal kesulitan bersaing dalam memenuhi permintaan pasar.
Salah satu peternak sapi di daerah Hang Tuah, Kateri mengungkapkan rasa kecewanya.
"Setiap tahun kami sudah mempersiapkan hewan kurban dengan baik, namun tahun ini penjualan kami menurun drastis. Banyak pembeli yang beralih ke hewan kurban dari luar karena harganya lebih murah," ujarnya Rabu, (5/6).
Ia menuturkan bahwa tahun ini permintaan hewan kurban mengalami kenaikkan sekitar 2,5 persen, Sebelumnya Kebutuhan hewan kurban pada momen Idul Adha tahun lalu sekitar 8.000 ekor. Sedangkan tahun ini estimasi jumlah hewan kurban bertambah 200 ekor.
"Dari dinas peternakan, kami mendapat info kebutuhan hewan kurban tahun ini meningkatkan dari tahun lalu namun, justru penjual kami menurun di karenakan banyak yang lebih memilih membeli hewan ternak dari luar, seperti sapi dari NTT, Sapi dari Jawa," ujarnya.
Kateri menambahkan bahwa harga sapi dari luar provinsi seringkali lebih kompetitif karena skala peternakan yang lebih besar dan biaya produksi yang lebih rendah.
"Sebenarnya persiapannya sama saja kami mulai mempersiapkan sapi-sapi ini sejak bulan sebelah tahun lalu, jadi sekitar 10 bulan pemeliharaan untuk memastikan mereka tumbuh sehat dan memenuhi standar untuk kurban," jelas Ahmad.
Sementara untuk harga jual sendiri setiap hewan kurban berbeda beda tergantung dengan jenis dan berat hewan kurban tersebut, dengan berat 150 kilogram, sampai 250 kilogram di jual Mila dari Rp17,5 juta, hingga Rp 23 juta.
"Harga jual kita ikuti pasarannya, tergantung dari berat hewan dan jenisnya, kita disini menyediakan sapi jenis Bali dan Brahma," ujar Kateri.
Menurut kateri persiapan meliputi pemberian pakan berkualitas, pemeriksaan kesehatan rutin, dan penataan kandang yang lebih baik.
"Kami juga mendatangkan dokter hewan untuk memastikan semua sapi bebas dari penyakit dan dalam kondisi prima untuk dijadikan hewan kurban," tambahnya.
Ia juga mengaku hewan ternaknya mendapat vaksin gratis dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau untuk memastikan keamanan dan kesehatan hewan kurban.
Sementara untuk harga jual sendiri setiap hewan kurban berbeda beda tergantung dengan jenis dan berat hewan kurban tersebut, dengan berat 150 kilogram, sampai 250 kilogram di jual Mila dari Rp17,5 juta, hingga Rp 23 juta.
"Harga jual kita ikuti pasarannya, tergantung dari berat hewan dan jenisnya, kita disini menyediakan sapi jenis Bali dan Brahma," ujar Kateri.
Ia menambahkan bahwa kualitas hewan kurban lokal sebenarnya tidak kalah dengan hewan dari luar provinsi, hanya saja harga jual yang menjadi kendala.
Para peternak lokal berharap pemerintah dapat memberikan dukungan lebih untuk mempertahankan keberlangsungan usaha mereka.
"Kami berharap ada kebijakan yang melindungi kami sebagai peternak lokal. Mungkin dengan pemberian subsidi atau program khusus untuk membantu meningkatkan daya saing kami," katanya menyudahi.