Riaumandiri.co - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi mengatakan Indonesia mendorong inovasi digital negara-negara di kawasan Asia-Pasifik. Hal ini ia sampaikan dalam pernyataan pers usai menghadiri Sidang Komisi ke 80 UN-Economic and Social Commission for Asia Pacific (UN-ESCAP) di Bangkok, Thailand.
Retno menjelaskan sidang Komisi ke 80 UNESCAP kali ini bersifat strategis dengan mengangkat tema “Leveraging Digital Innovation for Sustainable Development in Asia and the Pacific". Pertemuan ini menjadi momentum kerja sama negara-negara di Kawasan Asia Pasifik untuk mendorong pemanfaatan inovasi digital guna akselerasi implementasi Agenda for Sustainable Development 2030.
Retno mengatakan dalam pernyataan nasional Indonesia, ia menyampaikan saat ini Asia Pasifik memimpin dunia untuk transformasi digital dengan percepatan transformasi hingga 10 tahun yang terdorong karena Pandemi Covid-19.
Ia juga menyampaikan perkembangan positif ini seharusnya menjadi “golden ticket" kawasan untuk menjadi yang terdepan dalam pencapaian Sustainable Development di tingkat global. Ia mencatat menurut World Economic Forum internet economy atau ekonomi internet di Asia Tenggara sendiri diproyeksi mencapai 1 triliun dollar pada 2030.
"Namun demikian, saya juga menyampaikan adanya paradoks yang terjadi di Kawasan. Laporan PBB mencatat adanya keterlambatan Kawasan Asia Pasifik untuk capai SDG (Sustainable Development Goals) sampai 32 tahun hingga tahun 2062 akibat Pandemi Covid-19 dan konflik di berbagai belahan dunia," katanya dalam pernyataan yang dipublikasikan di situs Kementerian Luar Negeri RI, Senin (22/4).
"Untuk itu, Indonesia mengedepankan pentingnya inovasi digital untuk mengatasi paradoks ini, yang akan diwujudkan melalui pengembangan digital dalam aspek pemerintahan, ekonomi dan masyarakat," tambahnya.
Retno mengatakan dalam forum itu Indonesia menyampaikan tiga langkah kerja sama dalam kerangka UNESCAP. Khususnya untuk mendorong inovasi digital secara inklusif di kawasan dalam mencapai target-target SDG.
Langkah pertama, katanya, mengembangkan peta jalan digital yang terintegrasi. Retno mengatakan landskap digital di Kawasan Asia Pasifik saat ini sangat terpecah. Perbedaan kesiapan nasional dan regional serta kapasitas regulasi menciptakan halangan dalam mencapai inovasi digital regional.
"Untuk itu, Asia Pasifik perlu mengembangkan peta jalan pengembangan digital, untuk fasilitasi pertukaran teknologi dan kebijakan, menjaring potensi negara-negara, serta mengharmonisasikan inisiatif yang ada di Kawasan saat ini seperti di ASEAN dan APEC," katanya.
Langkah kedua, mempromosikan inklusivitas digital untuk jembatani kesenjangan digital. Dalam hal ini Retno menekankan kesenjangan gender dalam penggunaan internet di kawasan.
Ia mencatat pengguna internet perempuan jumlahnya lebih sedikit dari pengguna internet laki-laki. Kesenjangannya mencapai 264 juta jiwa, atau sekitar 6 persen. Selain itu, kualitas internet juga tidak merata, dan ada juga kesenjangan akses internet antara wilayah pedesaan dan terpencil dengan wilayah perkotaan.
"Untuk itu, kita perlu melakukan berbagai inovasi digital yang inklusif, termasuk dengan berinvestasi di berbagai fin-tech dan start-up yang dipimpin oleh perempuan, mendorong peningkatan infrastruktur digital, dan memperluas akses untuk pelatihan literasi digital," kata Retno.
Langkah ketiga, memastikan penggunaan teknologi transformatif untuk menjaga perdamaian dan kesejahteraan. Retno mengatakan ia menyampaikan teknologi baru seperti kecerdasan artifisial memberi warna baru pada hubungan antara teknologi dan geopolitik. Dapat digunakan untuk tujuan baik atau sebaliknya menjadi niat jahat yang dapat memperdalam rivalitas global.
"Oleh karena itu, saya tekankan pentingnya regional governance untuk cegah penggunaan yang salah, dan memastikan kontribusi teknologi untuk pengembangan ekonomi berkelanjutan yang dapat, pada akhirnya, meningkatkan taraf hidup masyarakat," kata Retno.