Riaumandiri.co - Bank Indonesia provinsi Riau gandeng Badan Pusat Statistik Riau dan Kanwil Dirjen Perbendaharaan Riau dongkrak ekonomi Riau dengan menyelenggarakan rilis bersama Indikator Makroekonomi Provinsi Riau yang dirangkai bersama kegiatan diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi Riau Februari 2024, serta Kajian Fiskal Regional (KFR) Tahun 2023.
Perekonomian Riau pada tahun 2024 diprakirakan tetap tumbuh positif dan berdaya tahan terhadap rambatan risiko ekonomi global.
Kepala Perwakilan BI Provinsi Riau, Bp Panji Achmad mengatakan, dengan memerhatikan perkembangan ekonomi terkini, baik dari faktor domestik maupun eksternal, serta langkah kebijakan Bank Indonesia yang bersifat pre-emptive dan forward-looking, Bank Indonesia memandang bahwa ekonomi Riau ke depan akan semakin baik.
"Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi Riau di tahun 2024 dapat tetap tumbuh tinggi dalam kisaran 4,0% - 4,8% (yoy). Pertumbuhan tersebut ditopang oleh kinerja sektor ekonomi utama, sektor tersier (jasa-jasa) diperkirakan juga akan membaik seiring pemulihan permintaan terutama permintaan domestik," ujar Panji Minggu (17/3).
Lebih lanjut, dari sisi perkembangan harga, inflasi gabungan 4 kota IHK di Provinsi Riau terkendali dan berada pada kisaran sasaran 2,5±1%. Berbagai upaya stabilisasi harga pangan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadhan dan Lebaran akan terus diupayakan sebagai langkah antisipatif dalam menghadapi lonjakan harga komoditas pangan.
"Untuk itu, dalam prospek tahun 2024, BI Provinsi Riau akan terus mendorong diversifikasi ekonomi, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta memperkuat kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif," ucapnya.
Sinergi pengendalian inflasi akan terus dilakukan bersama dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Upaya stabilisasi ini antara lain dilaksanakan dengan melalukan pemantauan harga, memperkuat stok pasokan berbagai bahan pangan pokok, memastikan kelancaran distribusi pasokan, serta melakukan intervensi harga seperti melalui operasi pasar, dan Gelar Pangan Murah. Ke depan, inflasi diharapkan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1%.
Dari sisi intermediasi perbankan, Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Riau juga menyampaikan bahwa, intermediasi perbankan tetap kuat.
Intermediasi perbankan yang tercermin melalui aktivitas penyaluran kredit kepada sektor korporasi, rumah tangga, maupun UMKM di Provinsi Riau terjaga dalam pertumbuhan yang positif dan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.
"Permintaan kredit yang sebelumnya tertahan seiring ketidakpastian perekonomian global sehingga mendorong perilaku berhatihati korporasi, kini mulai menunjukkan peningkatan. Intermediasi perbankan tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Riau yang tumbuh cukup solid," papar Panji.
Sejalan dengan kinerja intermediasi perbankan, transaksi ekonomi dan keuangan digital tetap kuat didukung oleh penyelenggaraan sistem pembayaran yang aman, lancar, dan andal. Transaksi SP non tunai ditopang oleh meningkatnya transaksi melalui RTG dan SKNBI.
Perkembangan ini merupakan sebuah indikasi peningkatan aktivitas ekonomi, sekaligus perbaikan kinerja ekspor impor Provinsi Riau. Dari sisi transaksi SP tunai, Bank Indonesia juga menyatakan kesiapannya dalam memenuhi kebutuhan uang tunai di momen Ramadhan dan Idul Fitri. Momen Ramadhan dan Idul Fitri merupakan periode dengan permintaan kebutuhan uang meningkat tajam.
Hal ini tidak terlepas dari nilai budaya, serta pencapaian pertumbuhan ekonomi Riau. Dalam konteks ini Bank Indonesia selalu berkomitmen untuk menjamin ketersediaan Rupiah dalam jumlah yang cukup, pecahan yang sesuai, serta dalam kondisi layak edar bagi masyarakat.
Pada tahun ini, Bank Indonesia kembali mengusung kegiatan SERAMBI (Semarak Rupiah Ramadhan dan Berkah Idulfitri) Tahun 2024 sebagai sebuah pernyataan kesiapan dari Bank Indonesia untuk memenuhi kebutuhan akan uang Rupiah di periode Ramadhan dan Idulfitri.
Kedepannya, Bank Indonesia Provinsi Riau siap bersinergi erat dan berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Riau, seluruh Kabupaten/Kota, serta mitra strategis dalam rangka mencapai tingkat inflasi Provinsi Riau yang rendah dan stabil, serta mendukung pertumbuhan ekonomi Riau yang kuat, berkesinambungan, dan inklusif.
Sementara itu,Plh Sekertaris Daerah Provinsi Riau, Indra menyampaikan, apreasiasi atas sinergi yang telah terbangun sehingga ekonomi Riau dapat tumbuh cukup tinggi, dengan pengelolaan fiskal yang baik, serta inflasi yang terkendali.
"Capaian tersebut tidak terlepas dari sinergi yang dibangun oleh pemerintah daerah, bersama dengan instansi dan lembaga vertikal yang telah dilakukan dalam beragam aspek," ujarnya.
Kepala BPS Provinsi Riau Asep Riyadi menyampaikan, rilis indikator perkembangan ekspor impor Provinsi Riau periode Februari 2024. Surplus neraca perdagangan Februari 2024 yang berlanjut terutama bersumber dari surplus neraca perdagangan nonmigas.
Neraca perdagangan nonmigas Februari 2024 mencatat surplus sebesar 959,42 juta dolar AS, sementara neraca perdagangan migas juga mencatatkan surplus sebesar 130,68 juta dolar AS.
"Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas ke Tiongkok, India, dan Amerika Serikat tetap menjadi kontributor utama ekspor Provinsi Riau. Sementara itu, impor nonmigas, utamanya barang modal dan barang konsumsi, tetap kuat sejalan dengan berlanjutnya perbaikan aktivitas ekonomi," ucap Asep.
Dari aspek kebijakan fiskal, Kepala Kanwil DJPb Provinsi Riau,Heni Kartikawati menjelaskan bahwa, kinerja perekonomian Riau yang tetap kuat salah satunya ditopang oleh kinerja baik dari sisi fiskal.
"Kebijakan fiskal daerah memiliki peranan penting, salah satunya menjadi katalis bagi pertumbuhan sektor ekonomi daerah. Pada tahun 2023 realisasi APBD Konsolidasi di Provinsi Riau mencatatkan kinerja yang cukup menggembirakan," ucapnya.
Realisasi pendapatan daerah tahun 2023 tercatat mencapai Rp35,78 triliun atau 104,83% dari target. Capaian tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya dengan pertumbuhan mencapai 21,83% (yoy).
"Peningkatan realisasi pendapatan daerah ini didukung oleh naiknya realisasi pajak daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang bersumber dari participating interest 10% dari pengelolaan blok migas oleh PT Pertamina Hulu Rokan," ujarnya.
Sejalan dengan pendapatan daerah, realisasi belanja daerah juga tercatat tumbuh 15,95% (yoy), meningkat dari Rp31,45 triliun menjadi Rp36,47 triliun atau mencapai 96,68% dari pagu.
Pertumbuhan disebabkan oleh kenaikan belanja modal sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mendukung pembangunan dan perbaikan infastruktur di Provinsi Riau.