Riaumandiri.co - Sekretaris Jenderal Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg mengatakan aliansi itu tidak memiliki rencana mengirimkan pasukan tempur ke Ukraina. Hal ini disampaikan setelah sejumlah negara Eropa mengangkat prospek tersebut.
"Sekutu-sekutu NATO menyediakan dukungan yang tak pernah terjadi sebelumnya pada Ukraina, kami telah melakukannya sejak 2014 dan meningkatnya lagi setelah invasi skala penuh, tapi tidak ada rencana bagi pasukan tempur NATO di tanah Ukraina," kata Stoltenberg, Selasa (27/2).
Sebelum pertemuan 20 pemimpin negara Eropa di Paris pada Senin (26/2) sejumlah negara membahas opsi dalam upaya meningkatkan bantuan ke Ukraina. Perdana Menteri Slovakia Robert Fico mengatakan terdapat pertimbangan untuk membuat kesepakatan bilateral untuk mengirim pasukan ke Ukraina dalam upaya mengusir invasi Rusia.
Fico mengatakan pemerintahnya tidak berencana mengusulkan untuk mengirim pasukan Slovakia. Tapi ia tidak mengungkapkan detail tentang negara mana yang mungkin mempertimbangkan kesepakatan semacam itu atau apa yang dilakukan pasukan negara asing di Ukraina.
Ketua Parlemen Slovakia Peter Pellegrini juga mengatakan Slovakia tidak akan mengerahkan pasukan ke Ukraina. Perdana Menteri Ceko Petr Fiala menolak memberikan komentar tapi menegaskan "Republik Ceko jelas tidak ingin mengirim pasukannya ke Ukraina."
Perdana Menteri Polandia Donald Tusk juga mengatakan "Polandia tidak berencana mengirim pasukan ke Ukraina."
Sementara mengesampingkan kemungkinan pengiriman pasukan, Stoltenberg mengatakan "perang agresi Rusia terhadap Ukraina jelas merupakan pelanggaran hukum internasional."
"Berdasarkan hukum internasional, Ukraina memiliki hak untuk membela diri dan kami memiliki hak untuk mendukung mereka untuk menegakan hak-hak tersebut," tambahnya.
NATO hanya mengirimkan bantuan tak mematikan dan dukungan lain seperti pasokan medis, seragam dan peralatan musim dingin. Tapi sejumlah negara anggotanya mengirimkan senjata dan amunisi dalam kesepakatan bilateral atau multilateral.
Setiap keputusan untuk mengirim pasukan NATO ke medan tempur harus disetujui semua negara anggota. Sejauh ini gagasan mengirim pasukan masih tabu, terutama NATO tidak ingin terlibat lebih jauh dalam konflik dengan Rusia yang memiliki kekuatan nuklir.
Namun dukungan NATO ke Ukraina semakin meningkat secara bertahap. Sejak Rusia menginvasi Ukraina dua tahun yang lalu NATO mulai mengirimkan peralatan teknologi canggih hingga senjata jarak jauh.
Pada Senin kemarin Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan pengiriman pasukan Barat ke Ukraina seharusnya tidak boleh "dikesampingkan" di masa depan. Sementara invasi skala penuh Rusia memasuki tahun ketiga.
"Kami akan melakukan segalanya sehingga Rusia tidak bisa memenangkan perang," kata pemimpin Prancis itu setelah menjadi tuan rumah pertemuan di Paris. Tapi ia menekankan belum ada "konsensus sampai hari ini" mengenai pengerah pasukan gabungan.
"Tidak ada yang bisa dikesampingkan," tambahnya.