Riaumandiri.co - Inggris mengumumkan bantuan baru untuk Ukraina senilai £245 juta atau sekitar Rp4,8 triliun, Sabtu (24/2), meski tengah dilanda resesi ekonomi. Kementerian Pertahanan (MOD) Inggris menyatakan bantuan itu berupa paket pertahanan untuk meningkatkan produksi artileri yang diperlukan Ukraina.
"Ukraina sangat terkenal karena penggunaan artilerinya yang sangat efektif, yang terbukti penting bagi keberhasilan Ukraina di medan perang," demikian rilis MOD.
Lebih lanjut, mereka menyatakan strategi Ukraina dan senjata semacam itu bisa melemahkan pasukan Rusia dan mencegah mereka membuat terobosan signifikan.
Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps juga pamer pasukan Ukraina telah merebut kembali sebagian wilayah melalui beragam rintangan.
"Namun, mereka tak bisa memenangkan pertarungan ini tanpa dukungan komunitas internasional," ujar Shapps, dikutip AFP.
Dia lalu berkata, "Dan itulah sebabnya kami terus melakukan apa yang diperlukan untuk memastikan Ukraina bisa berjuang menuju kemenangan."
Di hari sebelumnya, Shapps mengonfrimasi pengiriman tambahan 200 rudal anti-tank Brimstone. Dengan demikian total peluru kendali yang dikerahkan ke Ukraina 1.300 unit.
Dia juga menegaskan Inggris akan ikut memimpin koalisi internasional untuk memasok ribuan drone ke Ukraina.
Bantuan terbaru itu muncul saat Inggris menghadapi resesi ekonomi. Pada pertengahan Februari, pertumbuhan ekonomi negara Eropa tersebut minus 0,3 persen pada kuartal IV-2023.
Di kuartal III-2023, Inggris juga mengalami kemerosotan ekonomi hingga 0,1 persen. Penurunan di dua kwartal secara berturut-turut itu membuat negara pimpinan Rishi Sunak resmi jatuh ke resesi.
Bantuan Inggris juga muncul saat invasi Rusia di Ukraina tepat dua tahun pada hari ini. Hingga kini tak ada angka pasti total kerugian kedua pihak selama perang.
Namun, pejabat Amerika Serikat memperkirakan sekitar 70.000 tentara Ukraina tewas dan 120.000 lainnya mengalami luka-luka
Kerugian juga menyelimuti Rusia. Menurut situs perang Ukraina, jumlah pasukan Negeri Beruang Merah yang tewas mencapai 360.000 personel per Januari 2024.
Namun, pemerintah Rusia mengisi kekosongan posisi tentara dengan pasukan cadangan yang disebut diberi insentif.