Riaumandiri.co - Debat Cawapres akan berlangsung hari ini, Minggu (21/1). Jalannya debat ini akan dipandu oleh 11 panelis yang akan merumuskan pertanyaan.
Para panelis merupakan para pakar di bidang pembangunan berkelanjutan, SDA, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria masyarakat adat dan desa.
Berikut profil dan daftar nama 11 panelis debat ketiga Pilpres 2024:
1. Abrar Saleng
Abrar Saleng merupakan ahli hukum agraria dan sumber daya alam dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar. Riwayat pendidikan tingginya dia emban juga di universitas tersebut.
Abrar mendapat gelar sarjana hukum dari Unhas. Selain di Unhas, dia mendapat gelar sarjana teknik pertambangan dari Universitas Veteran Republik Indonesia (UVRI). Namun, dia kembali ke Unhas untuk program magister hukum di Unhas.
Pada 1994, Abrar lulus dari program magister Unhas dan melanjutkan studi di Universitas Padjajaran. Dia mendapat gelar doktor dari Unpad pada 1999.
2. Arie Sujito
Arie Sujito adalah sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Saat ini dia menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat dan Alumni UGM.
Dia juga merupakan Ketua Ikatan Sosiologi Indonesia. Dalam keterangan di laman blog pribadinya, Arie mengaku sebagai peneliti di Institute for Research and Empowerment (IRE) Yogyakarta.
Arie menyelesaikan studi sarjana sosiologi pada 1997 dan magister sosiologi pada 2004. Pada 2015, Arie juga mendapatkan gelar doktor sosiologi di UGM.
3. Arif Satria
Arif Satria adalah ahli ekologi politik dan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Saat ini, dia menjabat sebagai rektor IPB University untuk periode 2023-2028.
Arief mendapatkan gelar sarjana pada bidang ilmu ekonomi pertanian di IPB pada 1995. Dia melanjutkan program magisternya di IPB dengan mengambil jurusan Sosiologi Pedesaan.
Pada tahun 2006 Arief mendapat gelar doktor dari Department of Marine Social Science Universitas Kagoshima, Jepang.
4. Dewi Kartika
Dewi Kartika adalah pakar agraria. Saat ini, dia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA).
Dewi bergabung di KPA sejak 2007. Dewi merupakan perempuan yang lantang menyuarakan agraria. Dia bahkan sering turun ke jalan untuk berdemonstrasi menuntut hak-hak terkait agraria.
Pada 2011, Dewi mendapatkan beasiswa studi transisi agraria di Institute of Social Study (ISS), Den Haag, Belanda. Saat ini, Dewi tercatat sebagai bagian dari Dewan Global International Land Coalition (ILC) dari Asia.
5. Fabby Tumiwa
Fabby Tumiwa adalah ahli transisi energi. Saat ini menjabat sebagai Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR).
Fabby merupakan alumnus Teknik Elektro Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Dia melanjutkan studi di bidang tata kelola industri ekstraktif di Central European University.
Fabby mengambil bidang studi kebijakan energi dan iklim di Universitas Tufts, Amerika Serikat. Fabby juga banyak terlibat dalam advokasi kebijakan energi dan iklim.
6. Hariadi Kartodihardjo
Hariadi Kartodihardjo adalah ahli sumber daya alam dan lingkungan hidup. Dia juga guru besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan dari IPB.
Pendidikan tingginya diemban di IPB dengan mengambil jurisan teknologi hasil hutan. Dia lulus pada 1981.
Gelar magisternya dia juga ambil di IPB jurusan Ilmu Pengetahuan Kehutanan. Lalu, gelar doktor diraihnya dari IPB pada 1998.
Selain aktif mengajar, Hariadi juga aktif sebagai anggota di Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia dan tercatat menjabat sebagai Ketua Dewan Kehutanan Nasional (DKN).
7. Ridwan Yahya
Ridwan Yahya adalah ahli kehutanan dan lingkungan hidup sekaligus Guru Besar Teknologi Hasil Hutan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Ridwan meraih gelar sarjana kehutanan dari Unhas pada 1991. Dia kemudian mendapatkan gelar magister dari University of the Philippines Los Banos.
Pada 2012, Ridwan meraih PhD dari Universitas Kyoto, Jepang.
8. Rukka Sombolinggi
Rukka Sombolinggi saat ini menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).
Rukka mengambil pendidikan sarjana di Fakultas Pertanian Unhas. Dia kemudian mendapat gelar Master di bidang Ilmu Politik di Universitas Chulalongkorn, Thailand
Rukka aktif dalam berbagai gerakan dan advokasi terkait hak hak masyarakat adat. Dia tercatat sempat bergabung dengan Program Masyarakat Adat Regional UNDP di UNDP Asia Pasific Regional Centre di Bangkok, Thailand pada 2007.
9. Sudharto P. Hadi
Sudharto Prawoto Hadi adalah ahli manajemen lingkungan. Dia juga merupakan guru besar di Universitas Diponegoro (Undip), tempatnya dulu berkuliah.
Dia mendapat gelar sarjananya dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) pada 1979. Dia lalu meraih gelar master lingkungan dari York University pada 1989.
Sudharto melanjutkan studi doktoral di School of Community and Regional Planning University of British Columbia (UBC).
10. Sulistiyowati Irianto
Sulistiyowati Irianto merupakan Guru Besar Antropologi Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI).
Dia telah menjadi pengajar di Bidang Studi Hukum Masyarakat dan Pembangunan, Fakultas Hukum UI sejak tahun 1986.
Sulistiyowati mendapatkan gelar sarjana administrasi negara dari UGM pada 1985. Kemudian meraih gelar magister antropologi hukum dari Universitas Leiden dan Universitas Indonesia pada 1990. Dia juga mendapat gelar doktor antropologi hukum dari UI pada 2000.
11. Tubagus Furgon Sofhani
Tubagus Furqon Sofhani adalah ahli perencanaan wilayah dan perdesaan dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Tubagus mendapat gelar sarjana dari almamater yang sama pada 1991, lantas melanjutkan studi magister di Institute of Social Studies, Belanda dan tamat pada 1996.
Sementara gelar doktor dia dapat dari University of Illinois, Amerika Serikat (AS).