RIAUMANDIRI.CO - Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mengkritik langkah Pemerintah merevisi Kebijakan Energi Nasional (KEN) tentang target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) menjadi kecil dari sebelumnya. Dalam revisi itu, target EBT tahun 2025 hanya 17-19 persen, tahun 2030 sebesar 19-21 persen dan tahun 2035 sebesar 25-25 persen.
Mulyanto menyebut Pemerintah pesimistis dan tidak siap dengan program yang seharusnya dilaksanakan. Target baru yang dicantumkan di KEN tidak sejalan dengan Program Net Zero Emision (NZE) yang ingin dilaksanakan. Target tersebut jauh dari angka yang semestinya bisa direalisasikan.
"Penurunan target bauran EBT ini hanya sekedar kamuflase agar capaian kinerja Pemerintah terkesan berhasil atau setidaknya capaian yang diperoleh tidak terlalu jauh terpaut dengan targetnya," jelas Mulyanto kepada media ini, Jumat (19/1/2024).
Ini serupa dengan penurunan target sambungan jaringan gas (jargas) rumah tangga dari 4 juta sambungan (SR) menjadi 2.5 juta SR. Langkah mudah “exit strategy” mencapai target adalah dengan menurunkan targetnya.
"Saya rasa itu hanya upaya artifisial saja bukan substansial, tidak mencerminkan upaya kerja keras pemerintah. Jelas kami tidak setuju dengan hal-hal seperti ini. Ini upaya yang tidak menarik dan Tidak mendidik," kata Mulyanto.
Mulyanto mendesak Pemerintah mempertahankan target sebelumnya. Ia yakin Pemerintah dapat merealisasikan target tersebut bila melaksanakan program secara profesional dan tidak bias kepentingan.
Letak geografis dan sumber daya alam Indonesia sangat potensial untuk mengembangkan EBT. Sehingga tidak ada alasan untuk mengurangi target yang sudah dibuat sebelumnya. (*)