Riaumandiri.co - Badan Pusat Statistik Provinsi Riau kembali menghimpun data ekpor Riau pada Desember 2023 sebesar 1.472,63 juta U$S sedangkan pada bulan November sebelumnya ekpor Riau tercatat 1.701,66 U$S atau anjlok 13,46 persen dari bulan sebelumnya.
Kepala BPS Riau Asep Riyadi menjelaskan secara m to m (November-Desember 2023), Y to Y dan C to C juga mengalami penurunan.
"Total nilai Nilai ekpor Riau secara M to M turun 13,46 persen, C to C 16,13 persen dan secara Y to Y ekpor Riau turun hingga 18,71 persen," ujarnya.
Sementara itu jika dilihat total ekpor sektor non migas pada bulan November sebesar 1,543,64 juta U$D menjadi 1.300,71 juta U$D pada bulan Desember 2023 atau turun 15,74 persen.
"Apabila kita melihat untuk sektor non migas, nilai ekspor Riau secara Y to Y mengalami penurunan sebesar 24,94 persen, dari US$1.732,98 juta turun menjadi US$1.300,71 juta. Sedangkan sektor migas, naik 118,59 persen, dari US$78,65 juta naik menjadi US$171,92 juta," paparnya.
Selanjutnya sektor industri pengelolaan menyumbang 1,27 miliar U$,migas 0,17 miliar U$ , pertanian dan sektor lainnya menyumbang 0,03 U$ dan ekpor non migas menyumbang 88,33 persen dari total nilai ekspor pada Desember 2023.
Sementara itu, menurut Deputi bidang statistik distribusi dan jasa Pudji Ismartini menjelasnya kinerja ekspor Indonesia sepanjang Januari hingga Desember 2023, anjlok hingga 11,33% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2022 (year-on-year/yoy).
"Ekspor pada periode tersebut mencapai US$258,82 miliar, lebih rendah dari 2022 yang mencapai US$291,90 miliar, penurunan ekspor nonmigas secara kumulaitf terjadi untuk semua sektor," ujarnya.
Sementara untuk periode Desember 2023, secara tahunan atau year-on-year (yoy), kinerja ekspor juga anjlok sebesar 5,76%. Menurutnya, kontraksi ini didorong utamanya oleh penurunan ekspor nonomigas pada golongan barang bahan bakar mineral HS 27 yang turun 16,49%.
Penurunan kinerja ekspor sangat berimbas pada perekonomian masyarakat. Melemahnya ekspor akan berdampak pada turunnya harga-harga komoditas di Riau, khususnya kelapa sawit, kelapa, dan karet. Harga komoditas pada tingkat petani semakin rendah dan pendapatan masyarakat turun yang pada gilirannya akan menurunnya daya beli rakyat.