Riaumandiri.co - PBSI menargetkan tiga emas saat berangkat ke Asian Games 2023 di Hangzhou, China. Alih-alih terwujud, kontingen Cipayung akhirnya pulang tanpa satu pun medali.
Sinyal tak mengenakkan sudah muncul sejak nomor beregu dimulai. Tim putri Indonesia takluk 0-3 dari China di perempat final, namun yang paling mengejutkan saat tim putra ikut tersingkir di fase yang sama di tangan Korea Selatan dengan skor 1-3.
Padahal, komposisi tim putra sebagian besar mirip dengan tim yang memenangi Thomas Cup pada 2021. Dua kekalahan di atas disikapi dengan tenang oleh PBSI. Indonesia bertekad menepis keraguan publik di nomor perorangan.
Apa daya, hal itu gagal terwujud. Satu per satu wakil Indonesia gugur. Ada yang di babak pertama, ada yang di babak kedua. Dari 10 wakil, Merah Putih menyisakan tiga wakil saja saat memasuki perempat final.
Mereka adalah Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto di nomor ganda putra, Anthony Sinisuka Ginting di tunggal putra, dan Gregoria Mariska Tunjung di tunggal putri. Sekilas, asa membawa pulang medali masih terbuka lebar.
Sebab, jika berhasil menembus semifinal, maka medali perunggu minimal sudah didapat. Namun yang terjadi justru mengejutkan. Ketiga wakil di atas tumbang dua set langsung dari lawan masing-masing.
Untuk pertama kalinya sejak cabang bulutangkis dipertandingkan di Asian Games pada 1962, Indonesia gagal membawa pulang medali. Hasil ini juga mengulangi apa yang terjadi di Olimpiade London 2012, saat tepok bulu gagal menyumbang medali.
Kritikan publik pun mengalir deras untuk PBSI, khususnya lewat media sosial. Desakan untuk berbenah jelang Olimpiade 2024 semakin menggema. Waktu yang ada tidak banyak, dan harus digunakan sebaik mungkin agar hasil buruk di Hangzhou tak terulang di Paris. Mampukah?