BENGKALIS (HR)- Dalam rangka percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman, Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis menggelar Study Environmental Health Risk Assesment atau Penilian Resiko Kesehatan di lantai II Kantor Bupati Bengkalis, 4-6 Mei yang lalu.
Tujuan kegiatan yang merupakan program lintas sektor yang tergabung dalam Kelompok Kerja (Pokja) Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Bengkalis, dalam rangka mempersiapkan penyusunan strategi pembangunan sanitasi di Kabupaten Bengkalis agar pembangunan di daerah pemukiman perkotaan dan desa berjalan dengan efektif, bersifat menyeluruh, dan berkelanjutan.
Workshop diikuti perwakilan dari 8 kecamatan, yakni Bengkalis, Bantan, Bukit Batu, Kecamatan Siak kecil, Pinggir, Mandau, Rupat dan Rupat Utara. Masing-masing kecamatan diwakili Kepala UPT Dinas Kesehatan, Sekcam dari Siak Kecil, 7 orang Seksi PMD dari Kantor Kecamatan dan 4 orang dari Dinas Kesehatan. Sementara nara sumber Workshop Study EHRA berasal dari Pokja AMPL Kabupaten yang telah dilatih TOT Study EHRA, terdiri dari Bappeda dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis melalui Kepala Bidang Pencegahan Masalah Kesehatan dan Lingkungan (PMKL), Irawadi, SKM, MPH, Minggu (10/5/2015) mengatakan, tujuan Workshop Study EHRA untuk menyamakan persepsi dan advokasi terutama tentang penetapkan desa/kelurahan lokasi area studi, penetapkan jumlah dan nama desa/kelurahan terpilih sebagai target area studi dan menetapkan RT/RW serta jumlah responden untuk tiap desa/kelurahan yang menjadii target area studi di Kabupaten Bengkalis.
“Kita mengharapkan dari workhsop ini, penentuan area studi sesuai dengan kreteria seperti kepadatan penduduk, kemiskinan, daerah aliran sungai dan banjir. Untuk itu, kegiatan ini hendaknya betul-betul dapat dilaksanakan secara maksimal, sehingga hasil dari study EHRA ini nantinya sangat bermanfaat untuk menyusun Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten,” ujar Irawadi didampingi Seksi Kesehatan Lingkungan Bidang PMKL Dinas Kesehatan Bengkalis, Edi Sudarto, SKM.
Ditambahkan Edi, bahwa Study EHRA merupakan survei partisipasi di tingkat kabupaten untuk memahami kondisi fasilitasi sanitasi dan perilaku hygiene dan sanitasi skala rumah tangga. Selain itu, mengapa EHRA sangat penting dilaksanakan antara lain untuk mendukung kegiatan advokasi kepada warga di tingkat desa/kelurahan dan kepada para pemangku kepentingan (stakeholders) di tingkat yang lebih tinggi.
“Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat. Sementara data terkait dengan sanitasi pada umumnya terbatas dan tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan tidak terpusat, berada di berbagai kantor/ SKPD yang berbeda. Dengan adanya Studi EHRA ini diharapkan menjadi rujukan bersama mengenai indikator sanitasi bagi sektor-sektor pemerintahan. Hasil studi EHRA diharapkan menghasilkan data yang representatif untuk penentuan area berisiko di tingkat kelurahan/desa, sehingga workshop ini sangat penting sebagai persiapan pelaksanaan Studi EHRA ,” tutup Edi. (man)