Gobel Apresiasi Keberhasilan Keketuaan Indonesia di KTT ke-43 ASEAN

Ahad, 10 September 2023 - 13:36 WIB
Rachmat Gobel

RIAUMANDIRI.CO - Wakil Ketua DPR RI Bidang Korinbang Rachmat Gobel mengapresiasi pemerintah Indonesia, khususnya kepada Presiden Joko Widodo, yang berhasil mengemban amanat keketuaan Indonesia pada Konferensi Tingkat Tinggi ke-43 ASEAN.

“Two thumb up untuk Indonesia. Banyak kesepakatan yang bisa dicapai, khususnya di bidang ekonomi. Ini membuktikan tentang visi dan kemampuan Indonesia dalam kepemimpinan global dan kawasan,” katanya, Minggu (10/9/2023).

Hal itu ia sampaikan menanggapi hasil KTT ke-43 ASEAN yang berlangsung sejak Senin hingga Rabu, 5-7 September 2023. Dalam kegiatan ini, selain KTT intern anggota ASEAN, juga terdapat KTT dengan negara mitra, yaitu KTT ASEAN-China, KTT ASEAN-Korea Selatan, KTT ASEAN-Jepang, KTT ASEAN-AS, KTT ASEAN-Kanada, KTT ASEAN-India, KTT ASEAN-Australia, KTT ASEAN Plus Three, dan sejumlah KTT dengan mitra lainnya. KTT ini diikuti 22 negara, termasuk 11 negara anggota ASEAN, dan 9 organisasi internasional.

KTT ini menghasilkan 90 dokumen penting. Di antaranya, untuk bidang ekonomi, mendapat perhatian khusus dari Rachmat Gobel, yaitu tentang penguatan ketahanan pangan, energi, kesehatan, dan keuangan. Selain itu juga tentang ekonomi biru, yaitu ekonomi yang berwawasan lingkungan. Juga tentang ekosistem kendaran listrik dan ekonomi digital.

Gobel mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir ini, dunia dihadapkan pada tantangan konkret di bidang kesehatan, energi, dan pangan secara berkelindan.

Pandemi Covid-19, perubahan iklim, dan perang Rusia-Ukraina menyadarkan dunia tentang pentingnya kerja sama dunia dalam menghadapi problem kesehatan, pasokan pangan berkelanjutan, dan ketersediaan energi. Perubahan iklim berakibat terganggunya pangan akibat pertanian yang gagal.

Sedangkan perang Ukraina-Rusia berakibat naiknya harga pupuk, harga pangan, dan harga energi. Semua itu terjadi berbarengan.

“Tanpa perhatian dan kerja sama yang baik semua pihak maka dunia akan dihadapkan kepada kematian, kemiskinan, kelaparan, ketertinggalan. Ini semua membawa dunia pada kemunduran dan konflik. Yang menderita bukan hanya negara-negara berkembang, tapi juga negara-negara maju. Menurunkan ego adalah pilihan terbaik. Sekarang saatnya kerja sama dan keluasan hati,” katanya.

Khusus bagi Indonesia, katanya, ada sejumlah pekerjaan rumah yang harus dikerjakan. Pertama, membangun ekosistem pertanian yang sehat, berkelanjutan, dan menguntungkan petani.

Saat ini, Indonesia harus bersusah payah mencari pasokan beras ke beberapa negara karena sejumlah negara yang selama ini memasok beras ke Indonesia tak lagi mengekspornya. Mereka mengutamakan pasokan dalam negerinya karena ancaman kekurangan pangan dunia. Selain itu petani selalu mengeluhkan harga pupuk yang mahal dan ketersediaan pupuk maupun harga produk pertanian yang jatuh saat panen.

Kedua, membangun ekosistem kesehatan yang bermutu, terjangkau, dan berkelanjutan. Indonesia masih tergantung pada impor obat-obatan dan alat-alat kesehatan. Masyarakat juga mengeluhkan kualitas pelayanan dan ketersediaan fasilitas kesehatan. Di sisi lain, tingkat kesehatan masyarakat masih rentan, bahkan angka stunting anak-anak Indonesia yang masih relatif tinggi.

“Semoga dengan adanya keputusan KTT ASEAN ini Indonesia bisa banyak mengejar ketertinggalan di bidang pertanian, pangan, dan kesehatan,” katanya.

Gobel juga menyambut gembira tentang adopsi kerangka kerja ekonomi biru. Indonesia memiliki laut yang sangat luas, memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia, dan sebagai negara tropis Indonesia juga memiliki potensi air tawar yang besar.

“Semua potensi itu Indonesia bisa menjadi magnet tersendiri dalam ekonomi biru khususnya di bidang pangan, energi, wisata, dan riset. Tantangannya adalah bagaimana mengoptimalkan semua potensi tersebut menjadi keuntungan nyata bagi Indonesia dan berkontribusi bagi dunia,” katanya.

Apalagi saat ini sejumlah kota besar, khususnya Jabodetabek, sedang dilanda polusi yang mengkhawatirkan akibat penggunaan energi fosil dan emisi industri. “Melalui ekonomi biru, kesehatan lingkungan menjadi bagian integral di dalamnya, dan yang mendesak adalah soal transisi energi,” katanya.

Selain itu, kata Gobel, dengan kekayaan sumberdaya alam, khususnya tambang mineral, serta potensi pasar Indonesia yang besar, Indonesia bisa berkontribusi besar dalam ekosistem kendaraan listrik maupun ekonomi digital. “Sayangnya Indonesia masih menjadi objek dunia,” katanya.

Ia percaya dengan ide, prakarsa, dan kepemimpinan Presiden Joko Widodo, Indonesia akan mendapat kepercayaan investor global dalam membangun ekosistem kendaraan listrik maupun ekonomi digital.

“Kuncinya adalah pada kemampuan para menterinya dalam menerjemahkan visi Bapak Presiden. Jangan ada vested interest pribadi agar investor dunia percaya. Kita memiliki segalanya untuk mewujudkannya,” katanya.

Pada bagian lain, Gobel mengatakan, teknologi ramah lingkungan tak hanya kendaraan listrik, tapi juga mencakup beragam produk industri, termasuk di bidang elektronika. "Banyak hal yang harus disiapkan dan dikerjakan," katanya.

Lebih lanjut Gobel mengingatkan, investasi teknologi membutuhkan kepercayaan yang besar. “Karena butuh dana besar dan berjangka panjang. Karena itu tak boleh ada ruang untuk bermain untung jangka pendek. Nanti dapatnya teknologi sisa,” katanya.

Gobel juga mengatakan, masih banyak pekerjaan rumah bagi Indonesia untuk bisa mewujudkan semua kesepakatan tersebut. "Padahal kita sudah memiliki omnibus law Undang-Undang Cipta Lapangan Kerja, namun masih banyak regulasi turunannya yang belum terwujud serta perilaku yang belum seirama sehingga kemudahan berinvestasi dan kepastian hukum menjadi satu PR besar tersendiri," katanya.(*)

Editor: Syafril Amir

Tags

Terkini

Terpopuler