RIAUMANDIRI.CO - Wakil Ketua DPR RI Bidang Korinbang Rachmat Gobel mengingatkan tentang pentingnya pendidikan budi pekerti dan keteladanan para pemimpin.
Pendidikan budi pekerti bisa melalui pewarisan nilai di dalam keluarga dan di dalam lingkungan masyarakat. Selain itu juga melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah.
"Kita harus mengkaji kembali kurikulum pendidikan kita, baik dari segi materi pengajaran maupun dalam praktik pendidikan kita. Semua harus terintegrasi antara pengisian kognisi dengan pembiasaan dan penghayatan sehari-hari,” kata Gobel, Kamis (17/8/2023), menanggapi pidato kenegaraan Presiden Jokowi.
Namun demikian, Gobel menilai yang paling efektif dalam pendidikan budi pekerti adalah keteladanan para pemimpin. Mulai dari pemimpin keluarga, pemimpin lingkungan tempat tinggal, pemimpin di sekolah, pemimpin di masyarakat, hingga ke tingkat para pemimpin nasional.
Jangan sampai tidak sinkron antara yang diucapkan dengan yang dipraktikkan. Ada pepatah guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Kerusakan keteladanan berakibat kerusakan yang jauh lebih besar. Karena itu ada pepatah Jawa yang menyatakan anak kepolah bapak kepradah, bapak kesulah anak kepolah. Tingkah laku anak merupakan tanggung jawab orangtuanya,” terangnya.
Sebab ketangguhan suatu bangsa ditentukan oleh seberapa kuat dan seberapa dalam akar budaya kita. Di mana era globalisasi dan paparan budaya antarbangsa akibat kemajuan teknologi maka pertahanan terbaik dalam menjaga kebangsaan adalah melalui budaya.
Gobel mengatakan, setiap beradaban memiliki akar budaya masing-masing yang tumbuh selama berabad-abad. Nilai-nilai yang berkembang dan mekar, merupakan hasil akumulasi dan adaptasi dalam menghadapi perkembangan zaman.
Situasi lingkungan, tantangan alam, intrusi dan pengaruh budaya luar, serta daya cipta dan daya kreasi para leluhur berakumulasi, berkembang, dan beradaptasi membangun tatanan nilai.
“Semua itu telah membangun identitas, keteraturan, dan sekaligus perubahan. Tak semua budaya tetap eksis hingga kini. Tak semua peradaban bisa bertahan. Tak semua bangsa bisa mekar. Kita bersyukur, apa yang kita sebut sebagai peradaban Nusantara atau kemudian menjadi peradaban Indonesia ini tetap hadir dan kian relevan serta makin maju. Ini harus kita jaga bersama dengan arif,” kata Gobel. (*)