Riaumandiri.co – Sebuah kapal tanker kimia Rusia rusak diserang pesawat nirawak (drone) Ukraina di Laut Hitam. Situasi di wilayah perairan tersebut terbilang tak stabil sejak berakhirnya kesepakatan koridor gandum Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative (BSGI) bulan lalu.
Dalam keterangannya pada Sabtu (5/8), badan kelautan Rusia mengungkapkan, kapal tanker kimia SIG mengalami lubang di ruang mesin dekat garis air. “Untuk saat ini kapal berdiam menggunakan jangkar. Ruang mesin mengalami beberapa kerusakan, tidak terlalu parah,” katanya, dilaporkan kantor berita Rusia, TASS.
Tak ada korban jiwa dalam serangan ke kapal tanker tersebut. Pada Selasa (1/8) lalu, Penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Mykahilo Podolyak, memprotes tudingan Rusia yang menyebut Kiev melakukan serangan ke kapal sipil di Laut Hitam. “Tidak diragukan lagi, pernyataan pejabat Rusia seperti itu adalah fiktif dan tidak mengandung sedikit pun kebenaran,” ujarnya.
Podolyak menegaskan Ukraina tidak akan melakukan tindakan semacam itu. “Ukraina belum pernah, tidak sedang, dan tidak akan menyerang kapal sipil atau objek sipil lainnya,” ucapnya.
Sebelumnya Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Rusia mengatakan telah menggagalkan serangan dari kapal nirawak Ukraina yang membidik kapal pengangkut sipil di Laut Hitam. “Pada malam hari, rezim Kiev mencoba melakukan serangan teroris dengan tiga kapal tak berawak semi-submersible di kapal transportasi sipil Rusia menuju Selat Bosphorus di bagian barat daya Laut Hitam,” ungkap Kemenhan Rusia, Selasa lalu.
Kemenhan Rusia mengungkapkan kapal Sergei Kotov dan Vasily Bykov terus melakukan misi patroli mereka di Laut Hitam. Rusia telah menolak memperpanjang masa aktif BSGI yang berakhir pada 18 Juli 2023 lalu. Alasan utama Rusia menolak memperpanjang BSGI adalah karena ia merasa ketentuan terkait kepentingan Rusia dalam kesepakatan itu tidak dilaksanakan. Tuntutan terkait penyambungan kembali Bank Pertanian Rusia (Rosselkhozbank) ke sistem pembayaran SWIFT, misalnya, belum direalisasikan. Sanksi Barat yang menyebabkan komoditas pertanian dan pupuk Rusia tak bisa memasuki pasar global juga tak kunjung dicabut.
Alasan lain mengapa Rusia enggan memperpanjang BSGI adalah karena ia merasa kesepakatan tersebut sudah melenceng dari tujuan awal, yakni untuk memperlancar pengiriman komoditas pangan ke negara-negara membutuhkan. Namun Moskow menilai Ukraina secara terang-terangan “mengkomersialkan” BSGI dan mengirim produk pertaniannya ke negara-negara maju, terutama Eropa.
Masa aktif BSGI telah diperpanjang tiga kali, yakni pada November 2022, serta Maret dan Mei 2023. Pelabuhan-pelabuhan Ukraina di Laut Hitam diblokade setelah Rusia melancarkan agresi ke negara tersebut pada Februari 2022 lalu. Pada Juli 2022, Rusia dan Ukraina dengan bantuan mediasi Turki serta PBB menyepakati BSGI. Kesepakatan tersebut diteken di tengah kekhawatiran terjadinya krisis pangan global akibat konflik Rusia-Ukraina.