RIAUMANDIRI.CO- Keberadaan sang 'raja hutan' masih terus menghantui masyarakat Kabupaten Siak, bahkan dalam dua hari terakhir setidaknya tiga orang melihat langsung harimas sumatera itu itu berkeliaran di Kelurahan Kampung Rempak, Kota Siak Sri Indrapura.
Menyikapi hal ini, masyarakat menggelar doa bersama dan pawai obor sambil melafazkan kalimat tauhid ebagai bentuk upaya tolak balak, Jum'at (5/5/2023) malam.
Ribuan masyarakat berjalan sambil mengangkat memegang obor bambu mengelilingi kampung, start pawai dari Masjid Ar-Rahmat, mereka menelusuri jalan dan gang yang ada di wilayah Kwalian, Siak, tampak masyarakat antusias, meski hujan turun mengguyur rombongan pawai, mereka tetap bertekad menyelesaikan perjalanan pawai hingga kembali lagi ke Masjid Ar-Rahmat. Pawai ini ditutup dengan Do'a, memohon kepada Allah agar siraja hutan segera bisa dijinakkan dalam perangkap yang telah dipasang.
Lurah Kampung Rempak Agusri usai pawai tolak bala menjelaskan, dalam dua hari terakhir ada warga yang melihat langsung keberadaan siraja hutan itu masih ditengah kampung, teror Harimau Sumatra ini membuat masyarakat cemas. "Ada warga yang melihat, malam kemaren, kemaren siang, dan tadi," kata Agusri.
Serangan Harimau Sumatra yang merenggut nyawa warga Kwalian, Kelurahan Kampung Rempak, Siak pada Jumat (21/4/23) lalu, tepatnya 1 hari sebelum Hari Raya Idul Fitri 1444 H lalu hingga kini masih membuat masyarakat ketakutan, khususnya petani sawit dan karet dihimbau untuk tidak pergi kekebun demi alasan keselamatan. Namun waktu telah berlangsung lama, siraja hutan tak kunjung dapat dijinakkan.
"Kami juga tidak bisa menghimbau masyarakat untuk tidak beraktivitas kekebun, ini suasana setelah libur lebaran, masyarakat butuh uang. Kemaren sempat dibuat kesepakatan, masyarakat boleh memanen sawit, boleh manen karet dengan catatan berkelompok, kalau kerja 5 orang. Gantian, hari ini kekebun si a besok ke kebun si b. Namun setelah kejadian ada yang melihat langsung tiga kali ini, kami jadi ragu. 5 orang kalau jumpa langsung dengan harimau belum tentu sanggup melawan. Rencananya Senin besok kami mau buat pertemuan lagi, membahas bagaimana langkah yang baik untuk mengatasi masalah ini," jelas Agusri.
Senada disampaikan Kepala Lingkungan (Kaling) Sukasari RW 3 RW 4 Abdul Patahuddin, pawai obor ini merupakan tolak bala, tradisi masyarakat untuk mengusir marabahaya yang sedang mengancam keselamatan masyarakat.
"Benar ini tradisi kami masyarakat Melayu, sama halnya dengan Ghatib Beranyut. Dengan pawai obor tolak bala ini, kami memohon ampun kepada Allah, jika kami atau salah satu dari warga ada yang berbuat salah, semoga dosa kami diampuni, sekaligus memohon kepada Allah agar harimau yang hadir di kampung kami segera bisa dijinakkan," terang Abdul Patahuddin.
Pantauan lapangan, tampak personil TNI dan Polri terlibat langsung dalam kegiatan tolak balak ini, ikut langsung dalam rombongan pawai, memberikan pengamanan hingga jamaah pawai pulang.