RIAUMANDIRI.CO - Komisi V DPR RI meminta Pemerintah menyiapkan antisipasi dampak cuaca panas ekstrem, termasuk penyelesaian soal kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang marak terjadi di musim kemarau.
"Kita ketahui cuaca panas sedang melanda sebagian besar wilayah Indonesia akhir-akhir ini. Pemerintah harus bisa mengantisipasi lewat berbagai kebijakan dan program agar cuaca ekstrem seperti ini tidak merugikan masyarakat," kata Wakil Ketua Komisi V DPR RI Andi Iwan Darmawan Aras dalam keterangan tertulisnya, Jumat (28/4/2023).
Sebagaimana diketahui, BMKG mencatatkan suhu panas ekstrem yang mencapai 37,5 derajat celcius melanda Indonesia. Kemudian 10 stasiun meteorologi di Indonesia mencatat suhu maksimum udara permukaan di atas 35 derajat celsius sejak 15 April 2023. Selama gelombang panas (heatwave) berlangsung, tak jarang banyak orang yang mengeluh, merasa stres hingga jatuh sakit.
Karena itu, Andi Iwan Darmawan Aras mengimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan karena cuaca panas ekstrem dapat mempengaruhi imun tubuh.
"Waspada selalu terhadap dampak cuaca ekstrem ini, khususnya saat beraktivitas di luar rumah. Selain menghindari sengatan langsung sinar UV, makan makanan sehat dan bila perlu konsumsi vitamin," pesannya.
Cuaca ekstrem di Indonesia, memang tidak seperti gelombang panas di India yang menyebabkan puluhan orang tewas. Meski begitu, Iwan tetap mengingatkan agar semua pihak selalu waspada dan bersiap terhadap skenario terburuk.
"Kerja sama semua stakeholder sangat diperlukan. Apabila cuaca ekstrem menyebabkan kekeringan, Pemerintah harus bekerja cepat mengatasinya, termasuk dengan melakukan modifikasi cuaca," imbaunya.
Iwan pun mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengatasi dampak perubahan iklim.
"Mari kita mulai membiasakan hidup dengan lebih sehat. Slogan go green bukan sekadar kata-kata semata, karena bisa berdampak terhadap masa depan kita dan masa depan anak cucu kita di bumi," tandas Legislator Dapil Sulawesi Selatan II tersebut.
Lebih lanjut, politisi Partai Gerindra ini meminta Pemerintah untuk bersiap dalam kondisi paling ekstrem sekalipun.
Semua kementerian diingatkannya untuk mulai melakukan perhitungan antisipasi dampak kekeringan yang bisa terjadi di Indonesia akibat cuaca panas ekstrem yang bisa berdampak terhadap perekonomian masyarakat seperti menurunnya produksi pertanian hingga pertambangan dan lainnya.
Tak hanya itu, Iwan juga menyoroti fenomena karhutla yang sudah mulai banyak muncul di sejumlah daerah. Iwan mengatakan, pemda bersama TNI/Polri harus selalu siaga mengingat kemungkinan kasus karhutla diprediksi meningkat tahun ini.
Seperti diketahui, Provinsi Riau sudah menetapkan status siaga darurat karhutla. Pemerintah pusat juga sudah mewanti-wanti pemda beserta Forkopimda lain di daerah-daerah yang menjadi langganan karhutla saat musim kemarau tiba.
Di sisi lain, menurut BMKG, penyebab cuaca panas ekstrem adalah dinamika atmosfer yang tidak biasa. Suhu panas pada bulan April di wilayah Asia Selatan secara klimatologis juga dipengaruhi gerak semu Matahari.
Penyebab lainnya adalah dominasi monsun Australia, memasuki musim kemarau, dan intensitas maksimum radiasi matahari pada kondisi cuaca cerah dan kurangnya tutupan awan. Cuaca ekstrem juga akibat perubahan iklim yang sebagian besar disebabkan pembakaran bahan bakar fosil. (*)