RIAUMANDIRI.CO - Ketua DPR RI Dr. (H.C) Puan Maharani menghadiri pertemuan forum Parlemen Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia (MIKTA) yang digelar di Turki, Kamis (9/3/2023).
Pada forum tersebut, Puan berbicara mengenai pentingnya arsitektur sistem internasional dalam menghadapi berbagai tantangan global.
Puan kemudian mengingatkan mengenai berlanjutnya ketidakpastian dunia global. Puan menyinggung mengenai perang di Ukraina, meningkatnya rivalitas antar kekuatan besar, terjadinya masalah kerawanan pangan dan energi hingga tingginya inflasi. Di saat bersamaan, dampak pemanasan global menjadi lebih sering dan lebih buruk.
“Semua masalah tersebut saling terkait dan akan semakin berdampak negatif, jika tidak ditangani secara cepat. Permasalahan global memerlukan solusi global yang hanya bisa didapatkan melalui kerja sama multilateral,” ungkap perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI tersebut dalam keterangan resminya, Jumat, (10/3/2023).
Namun, sambung Puan, di saat dunia global memerlukan langkah bersama, sejumlah tantangan perpecahan pun timbul. Mulai dari perbedaan sistem politik, decoupling ekonomi, disrupsi mata rantai global, hingga terbelahnya teknologi digital. Sistem multilateral yang ada saat ini pun disebut merupakan peninggalan masa berakhirnya Perang Dunia II.
PBB, tutur Puan, terutama Dewan Keamanan, IMF, dan Bank Dunia sebagai representasi sistem multilateral dianggap sudah tidak sesuai dengan situasi abad 21. Oleh karena itu, tegas Cucu Bung Karno ini, tantangan yang dihadapi saat ini memerlukan arsitektur sistem internasional yang dapat menjawab semakin kompleksnya tantangan tersebut.
Puan menyatakan, situasi internasional telah berubah sejak Perang Dunia II akibat kemajuan pembangunan ekonomi, dekolonisasi, demografi yang berubah, kemajuan teknologi, serta dampak dari tumbuhnya kekuatan politik dan ekonomi baru.
“Karenanya saya ingin sampaikan beberapa hal. Pertama, kita perlu merevitalisasi sistem multilateral agar tetap relevan dalam mengatasi berbagai masalah dunia Abad 21,” tutur Puan.
Puan menegaskan, sistem multilateral harus ter-deliver dan bermanfaat bagi rakyat. Selain itu, sistem multilateral dinilai juga harus dapat berperan dalam mengatasi berbagai permasalahan seperti mengatasi perang, kemiskinan, pandemi, dan masalah ekonomi.
“Kedua, berbagai kawasan telah memiliki organisasi regional yang berperan efektif. Karenanya sistem multilateral juga perlu memberi tempat dan mendorong penyelesaian berbagai masalah antar negara pada tingkat regional. Sehingga tidak semua isu perlu diselesaikan pada tingkat global,” terang Puan.
Menurut Puan, hal tersebut sejalan dengan seruan Sekjen PBB untuk membentuk networked multilateralism yang merupakan jaringan antara PBB, lembaga ekonomi keuangan, dan organisasi regional untuk memajukan isu-isu yang menjadi kepentingan bersama.
Sebagaimana diketahui, Forum 8th MIKTA Speakers’ Consultation yang dihadiri Puan di Turki digelar di Sepetçiler Kasr?, Gedung Bersejarah di Istanbul. MIKTA sendiri dibentuk pada 2013 untuk memperkuat kerja sama di antara kelima negara itu untuk berkontribusi dalam menjawab berbagai masalah global.
Acara 8th MIKTA Speakers’ Consultation dibuka oleh Speaker of the Grand National Assembly of Türkiye Prof. Dr. Mustafa ?entop, Kamis (9/3/2023).
Agenda forum konsultatif lima parlemen negara itu kali ini bertemakan ‘Multilateralism, Global Interdependence and Parliaments’. Turut hadir Delegasi Parlemen Indonesia yang mengikuti agenda MIKTA di Turki bersama Puan yakni Ketua Komisi IV DPR RI Sudin dan Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Charles Honoris. (*)