Mengenali Taktik Hoaks Kesehatan dengan Klaim Ahli dan Figur Publik

Kamis, 02 Maret 2023 - 15:34 WIB

RIAUMANDIRI.CO- Hoaks atau Informasi bohong seputar kesehatan menjadi salah satu misinformasi/disinformasi yang menjadi perhatian. Terutama, pada masa pandemi Covid-19, karena angka hoaks kesehatan mengalami peningkatan. 

Catatan Kementerian Komunikasi dan Informatika menunjukkan, hoaks kesehatan menjadi isu yang dominan sejak Agustus 2018 hingga November 2021.  

Dari total 9.265 hoaks, hoaks kesehatan muncul di peringkat pertama dengan 1.962 isu. Sementara, kategori pemerintah dan politik menempati posisi dua dan tiga dengan angka masing-masing 1.804 dan 1.265 hoaks.

"Temuan isu hoaks periode Agustus 2018 hingga 30 November 2021 mencapai 9.265 dengan sektor kesehatan yang paling banyak mendominasi isu per kategori," kata Tenaga Ahli Menteri Kominfo Bidang Komunikasi dan Media Massa, Devie Rahmawati, dalam Media Gathering Kementerian Kominfo di Bogor, Jawa Barat, Kamis (2/12/2021).

Facebook jadi media sosial yang paling banyak menyebarkan hoaks dengan 2.275 sebaran dan sudah di-takedown 2.275.

Hoaks kesehatan menyebar dalam berbagai format, baik tulisan (teks) dan visual (video dan foto). Taktiknya juga beragam, beberapa di antaranya kerap mengklaim saran atau telah dianjurkan oleh para figur publik dan ahli. Ada pula taktik dengan menyajikan testimoni pengguna, misalnya seputar penggunaan obat-obatan.

Dalam beberapa kasus, informasi yang disebar tidak sepenuhnya salah, tetapi perlu diluruskan karena bisa menyesatkan dengan klaim-klaim yang tidak tepat.

Contoh taktik hoaks kesehatan

  1. Klaim ahli dan figur publik


Salah satu contohnya, disinformasi yang disebarkan dengan menyertakan foto Najwa Shihab dengan narasi “Musuh utama diabeter! Kadar gula akan kembali normal dalam 3 hari”.

Dalam unggahan di media sosial Facebook itu, terdapat frame yang menyandingkan foto Najwa Shihab dengan ahli dr. Aman Bhakti Pulungan yang terlihat keduanya sedang melakukan live. Disematkan pula link website berisi interview mengenai diabetes dan pantangannya. 

Saat link itu diklik, maka akan terdapat beberapa tangkapan promosi obat dan penjelasan singkat dari dr. Aman Bhakti Pulungan. Untuk lebih meyakinkan atas informasi yang disebar, diberikan beberapa tangkapan yang seolah-olah Najwa Shihab tengah bertanya seputar proses pengobatan diabetes dengan gaya pertanyaan khas Najwa Shihab.

Pada bagian akhir, ada rekomendasi dokter untuk menggunakan produk tertentu. 

Informasi tersebut patut diragukan karena beberapa alasan. Pertama, benarkah ada wawancara antara Najwa Shihab dengan dokter Aman seperti dalam klaim unggahan tersebut?

Kedua, dr. Aman Bhakti Pulungan merupakan seorang dokter spesialis anak, sementara klaim pada unggahan disebutkan bahwa ia adalah spesialis endokrinologi dengan pengalaman 9 tahun. Dokter Aman saat ini praktik di Rumah Sakit Pondok Indah di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, dan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo di Senen, Jakarta Pusat. “Yang ada adalah mengonsumsi berbagai macam sumber vitamin dan mineral, termasuk buah-buahan yang bervariasi,” kata Yassin.

Belum ada penelitian yang secara spesifik membandingkan konsumsi buah zuriat dengan peluang terjadinya kehamilan pada seseorang.

“Karena kehamilan itu mekanisme yang sangat kompleks. Ada banyak faktor, ada banyak variabel yang berkaitan dengan peluang kehamilan seseorang,” kata Yassin.

Bantahan yang sama disampaikan dokter spesialis kandungan yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka, Dr dr Wawang S Sukarya, SpOG (K), MARS, MHKes.

Wawang mengatakan, buah zuriat tidak memiliki kandungan zat yang dapat merangsang kesuburan seseorang. Menurut dia, buah zuriat mengandung beberapa nutrisi penting, seperti serat, karbohidrat kompleks, vitamin B, dan berbagai mineral, termasuk kalsium, kalium, magnesium, dan fosfor, serta asam lemak esensial linoleat. 

Bagaimana agar tak terjebak hoaks kesehatan?

Dengan banyaknya hoaks soal kesehatan, hati-hati agar Anda tak terjebak memercayai sebelum memastikan kebenarannya. Ada potensi bahaya jika memercayai informasi bohong seputar kesehatan. Apa yang bisa dilakukan?

1. Jangan langsung percaya, pastikan sumber kredibel

Cek ricek informasi yang Anda dapatkan, apakah menyertakan sumber yang valid? Jika ada keraguan, pastikan dari mana sumber informasinya terlebih dulu. 

Informasi kesehatan harus mengacu pada sumber kredibel. Pengecekannya, Anda bisa mencari referensi untuk membuktikan kebenaran klaim informasi tersebut.  

2. Temukan bukti yang menguatkan

Informasi yang terpercaya atau layak dipercaya biasanya bisa kita temukan pada jurnal medis maupun penelitian yang menguatkan klaim. Jika informasi itu merupakan hal baru di dunia medis, temukan bukti lain sebelum mempercayainya atau bahkan mengikutinya.

3. Tanya ahlinya

jangan ragu untuk memastikan kebenaran klaim informasi kesehatan kepada dokter. Saat ini, ada sejumlah aplikasi yang menyediakan layanan gratis untuk berkonsultasi. 

Para dokter juga didorong lebih aktif dalam menanggapi informasi-informasi yang keliru. 

4. Jangan ikut menyebar

Jika tak meyakini kebenaran suatu informasi, apalagi telah berkelindan dari satu platform atau grup percakapan, sebaiknya jangan ikut menyebarkan! Kalau informasi kesehatan itu ternyata keliru, akan ada risiko pada kesehatan seseorang dan kita menjadi bagian dari penyebaran hoaks tersebut.  

Editor: Wahyu Hismi

Terkini

Terpopuler