Riaumandiri.co- Ancaman risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah wilayah di Indonesia berpeluang terjadi pada Februari 2023. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, menyebut wilayah yang paling disoroti adalah Provinsi Riau, Jambi, dan Sumatera Utara.
"Perlu diwaspadai khususnya Riau, Jambi, Sumatera Utara adalah karhutla," kata Dwikorita dalam konferensi pers yang digelar secara daring, Jumat (27/1).
Dwikorita menjelaskan ancaman risiko karhutla itu muncul karena curah hujan bulanan di wilayah-wilayah provinsi tersebut menurun dan memasuki kemarau.
"Riau, sebagian Sumatera Utara, dan Jambi ini merupakan indikasi bahwa curah hujan bulanan menurun atau rendah, artinya itu bisa dianggap sebagai kemarau. Jadi, Februari nanti kemarau terjadi di Riau, sebagian Jambi, dan sebagian Sumatera Utara," ujar dia.
Sebelumnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menetapkan enam provinsi prioritas pemerintah dalam penanganan karhutla pada tahun ini.
Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Suharyanto menerangkan enam provinsi prioritas itu terdiri dari tiga di Sumatra dan tiga provinsi lagi terletak di Kalimantan.
"Jadi, ada enam provinsi prioritas yakni ada tiga di Sumatera: Riau, Sumatera Selatan, Jambi. Kemudian tiga di Kalimantan yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan," jelas Suharyanto di Gedung BNPB, Jakarta, Rabu (25/1).
Mengutip dari rilis BMKG, Dwikorita mengatakan berdasarkan prediksi pihaknya akan ada potensi terjadinya penurunan curah hujan setelah 3 tahun terakhir 2020, 2021, 2022 terjadi La Nina. Sehingga, lanjutnya, dikhawatirkan dapat terjadi peningkatan potensi Karhutla seperti yang terjadi di tahun 2019.
Musim kemarau tersebut, kata Dwikorita, sesuai dengan prediksi yang pernah disampaikan BMKG pada Oktober 2022 silam.
Dalam rilis yang sama, Menko Polhukam Mahfud MD mengatakan puncak musim kemarau 2023 diperkirakan terjadi bebarengan saat Indonesia menjadi tuan rumah rangkaian KTT ASEAN pada Mei dan September.
Sementara itu, Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan menerangkan pada bulan Maret-April-Mei 2023 beberapa wilayah di pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara akan mengalami periode transisi atau peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau.
Oleh karena itu, perlu diwaspadai fenomena cuaca ekstrim yang sering muncul, seperti hujan lebat, angin puting beliung, dan angin kencang yang meskipun periodenya singkat namun sering memicu terjadinya bencana hidrometeorologi.