RIAUMANDIRI.CO - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah memeriksa semua biskuit pemberian makanan tambahan (PMT) untuk pengentasan stunting di gudang pengadaan daerah. Biskuit itu diduga sudah berjamur.
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Maria Endang Sumiwi di Jakarta, Jumat (27/1/2023) mengatakan adanya biskuit PMT yang berjamur, disebabkan pengadaan PMT tahun 2021 menggunakan e-catalogue.
“Untuk PMT yang rusak kami mohon maaf, ini PMT pengadaan tahun 2021 Jadi, ada PMT pengadaan tahun 2021 yang dikirimkan ke daerah," sebut Maria Endang.
Dijelaskan, sedangkan pengadaan PMT pada tahun 2022 dilakukan oleh Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (PBJ).
Temuan biskuit berjamur pertama kali diterima Kemenkes dari Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Setelah laporan itu, Endang mengaku langsung memeriksa kondisi setiap biskuit sesuai dengan batch masa kirimnya di gudang pengadaan dengan menggunakan alat.
“Saya langsung memeriksa pagi-pagi ke gudang kami di sana. Penyimpanannya betul atau tidak, kondisinya baik atau tidak. Pada saat kami datang, kita ambil semua batch yang produksinya sama dengan yang rusak. Jadi semua batch itu saya lihat sendiri,” katanya.
Menurut Endang, setelah laporan pertama ada daerah lain melaporkan hal serupa. Endang mengaku saat memeriksa tempat lain biskuit sudah ada yang berjamur, namun kerusakan tidak lebih dari satu persen.
Dikarenakan tingkat kerusakan tidak lebih dari satu persen, Kemenkes tidak bisa mengklaim untuk memusnahkan semua biskuit pengadaan tersebut. Kemudian, diputuskan agar setiap biskuit yang masih dalam kondisi baik, untuk tetap diedarkan dan diberikan pada keluarga.
Tetapi, dengan catatan setiap Dinas Kesehatan yang membagikan harus memeriksa semua biskuit agar tidak mengganggu kesehatan anak-anak dan berkomitmen untuk segera mengganti biskuit yang berkualitas buruk.
“Sebetulnya kami mau memusnahkan semuanya, karena kurang dari satu persen, jadi tidak bisa dimusnahkan. Jadi, yang salah memang pengadaan tahun 2021,” kata Endang.
Sebelumnya, Komisi IX DPR RI dari Fraksi Nasdem, Irma Chaniago menyatakan bahwa dirinya menemukan banyak biskuit PMT untuk menurunkan stunting anak di puskesmas daerah sudah dalam kondisi berjamur dan berkualitas buruk.
“PMT tahun 2019 menurut saya itu yang paling buruk. Sudah jamuran, rasanya tidak benar, kualitasnya buruk. Wajar kalau stunting tidak turun, wajar kalau Presiden marah,” kata Irma.
Menurut Irma, banyak biskuit berjamur akibat dari koordinasi Kemenkes Pusat ke daerah yang sudah terputus. Hal tersebut membuat ia khawatir jika PMT digantikan dengan telur ayam atau bebek yang lebih mudah busuk.
Dibandingkan dengan mengganti PMT dengan telur, Irma menyarankan supaya biskuit tersebut diganti dengan susu atau ikan makarel sebagai pemenuhan asupan protein hewani anak dalam mengatasi stunting.
Irma menyarankan agar Kemenkes memperbaiki koordinasinya dengan jajarannya hingga daerah, supaya temuan tersebut tidak terulang kembali dan bisa memaksimalkan anggaran yang diberikan untuk program kerja dengan hasil yang konkret.
“Saya tanya ke masyarakat daerah yang turun baru PMT. Dapat apa dari Kemenkes atau kementerian lainnya? Uang yang digelontorkan untuk penanganan stunting apa bentuk fisiknya? belum ada. Baru sosialisasi-sosialisasi, ini harus jadi perhatian kita,” ujarnya. (*)