RIAUMANDIRI.CO - Pemerintah Indonesia memilih untuk tidak memperketat aturan COVID-19, terlebih Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) juga resmi dicabut. Muncul kekhawatiran lonjakan kasus kembali dilaporkan saat banyak negara khususnya China diamuk subvarian baru.
Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, sederet subvarian tersebut, termasuk Omicron BF.7 yang melonjak di China, sudah teridentifikasi di Indonesia. Buktinya, tidak ada kenaikan kasus signifikan di tengah masuknya varian yang diwaspadai karena 'menggila' di China.
"Varian yang ada di China sebenarnya ada tiga, itu BA5.2, BA.2.75 sama BF 7," beber dia saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Selasa (3/1/2023).
"Untuk informasi teman-teman, tiga-tiganya sudah masuk ke Indonesia, yang terakhir BF.7 masuknya 14 Juli dari Bali. Untuk yang BA5.2 dan BA.2.75 itu sudah naik tinggi. Yang BF.7 tidak ada pergerakan yang berarti," lanjut Menkes.
Karenanya, pengetatan khusus pelancong China tak dibutuhkan meski banyak negara diketahui melakukan perlakuan khusus pada warga China. Misalnya mewajibkan turis China menunjukkan hasil tes negatif COVID-19 saat kedatangan, hingga melarang sementara masuknya warga China ke negara mereka.
Sementara Menkes optimistis dengan nihil pengetatan, antibodi masyarakat Indonesia baik dari vaksinasi dan infeksi alamiah sudah menjadi 'pertahanan' kuat.
"Jadi ini kayak premanisme ada satu suku kuat yang lainnya kalah. Nah Indonesia BA.5 itu paling kuat, kedua BA.2.75 yang kalah BF7, kalau di China BA.5 sebenarnya kuat dan BF.7 kuat baru BA.2.75, nah ini membuktikan apa?" sebut dia.
"Bahwa memang varian-varian baru itu nggak bisa menembus sistem pertahanan masyarakat kita," pungkasnya.