RIAUMANDIRI- Presiden Vladimir Putin memiliki rencana untuk melarikan diri jika Rusia kalah dalam perangnya di Ukraina yang dimulai sejak Februari. Rencana itu diungkap mantan penulis pidato untuk kepala Kremlin, Abbas Gallyamov, pada Rabu.
Gallyamov, yang juga seorang analis politik, mengatakan sumber tepercaya mengatakan kepadanya bahwa Kremlin, sejak musim semi, telah mengembangkan rencana cadangan untuk potensi kekalahan di Ukraina, yang melibatkan Putin dan pimpinan puncaknya lainnya melarikan diri ke Venezuela.
"Saya biasanya tidak menceritakan kembali cerita orang dalam, tetapi hari ini saya akan membuat pengecualian. Pertama, saya terlalu mempercayai sumbernya, dan kedua, informasinya sangat menarik," tulis Gallyamov di saluran Telegramnya, seperti dikutip Newsweek, Kamis (8/12/2022).
Menurut Gallyamov, proyek tersebut secara tidak resmi diberi nama "Bahtera Nuh". Argentina dan Venezuela diduga menjadi pilihan utama bagi Putin untuk melarikan diri, tetapi China dipertimbangkan pada tahap awal pembicaraan. "Seperti yang tersirat dari namanya [Bahtera Nuh], ini adalah tentang menemukan tanah baru di mana Anda dapat pergi jika menjadi sangat tidak nyaman di Tanah Air Anda," tulis Gallyamov.
"Rombongan pemimpin tidak mengecualikan bahwa dia akan kalah perang, kehilangan kekuasaan dan dia harus segera mengungsi ke suatu tempat." Gallyamov, yang telah tinggal di pengasingan di Israel sejak 2018, mengatakan sumbernya mengatakan kepadanya bahwa Yury Kurilin, wakil presiden dan kepala staf perusahaan energi Rusia; Rosneft, adalah "orang di lapangan" yang membuat semua pengaturan untuk potensi evakuasi ke Venezuela.
"Di musim panas, dia secara resmi mengundurkan diri dari [Rosneft] dan sekarang mengabdikan dirinya sepenuhnya pada 'Bahtera Nuh'," tulis Gallyamov. "Dia memiliki kewarganegaraan Amerika dan koneksi yang baik. Dia lulus dari Universitas Hayward di California [dan] bekerja di struktur BP, termasuk di posisi tinggi direktur urusan perusahaan."
Pencarian oleh Newsweek menemukan Kurilin masih terdaftar sebagai wakil presiden dan kepala staf Rosneft di situs-situs termasuk halaman profil perusahaan Wall Street Journal. “Sayangnya, sumber saya tidak mengetahui detail lainnya, namun, apa yang telah dikatakan cukup untuk dipahami: ketika mereka [Rusia] mengatakan bahwa 'semuanya berjalan sesuai rencana', masuk akal untuk mengklarifikasi yang mana.
Mereka tampaknya memiliki lebih dari satu rencana," pungkas Gallyamov. Rosneft dan Kementerian Luar Negeri Rusia belum bisa dimintai komentar terkait informasi yang diungkap Gallyamov. (sindo)