RIAUMANDIRI.CO - Keluarga pasien yang sedang berobat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad mengamuk di loket transfusi darah, Sabtu (29/10) malam, hingga membuat kaca di loket tersebut pecah akibat amukan dari keluarga pesien. Keributan itupun sempat menjadi perhatian dari pengunjung lainnya.
Mengamuknya keluarga pasien lantaran ketidakjelasan informasi yang disampaikan oleh petugas, bahkan seolah-olah mempersulit keluarga korban untuk mendapat pelayanan transfusi darah untuk pasien yang menderita sakit kanker.
Keluarga korban bernama Maria menceritakan bahwa petugas tersebut awalnya menyebut stok darah tidak ada, dan memintanya untuk mencari pendonor, dan hal itupun sudah terpenuhi olehnya.
"Setengah jam setelah diminta, kita sebar langsung datang mereka. Semua ramai mau donor darah. Tiba-tiba darahnya dipermainkan sama orang RSUD ini," kata Maria.
Setelah pendonor didapat, pihak RSUD Arifin Achmad malah mengaku kalau alat reagen atau alat pencocokan darah tidak ada, sehingga belum bisa ditransfusi.
"Kami cek kenapa reagen tidak ada, katanya reagen menipis sejak 2 hari lalu dan habis siang tadi. Baru akan datang Selasa atau Rabu, tapi itu juga tidak bisa dipastikan," sebut Maria.
"Sementara darah trombosit atau darah putih itu kata PMI akan kedaluwarsa 5 hari. Jadi tentu keluarga bingung, kalau kedaluwarsa nanti ke mana darah mau dicari lagi. Padahal siangnya sudah ditanya katanya aman dan akan segera diproses," tambahnya.
Setelah merasa dipersulit petugas, akhirnya keluarga korban pun tak dapat membendung amarahnya, langsung meluapkan amarahnya di loket transfusi darah. Perang adu mulutpun tak terhindarkan.
"Tiba-tiba setelah cekcok baru bilang reagen sudah ada. Lah kok tiba-tiba ada, padahal katanya Selasa atau Rabu baru datang. Ini bukan pertama kali saja, berulang kali sudah keluhan di sampaikan sama Dirut sejak awal. Kalau sudah sampai ke Dirut baru semua masalah dikerjakan," kata Maria menyudahi.
Direktur RSUD Arifin Achmad, Wan Fajriatul Mammunah langsung menghampiri kerabat dari pasien setelah mendengar adanya keributan di loket transfusi darah dan mendengarkan permasalahan yang terjadi tersebut.
Wan mengaku bahwa permasalahan itu memang kesalahan dari petugas RSUD Arifin Achmad dan ia pun meminta maaf kepada kerabat pasien. "Kami meminta maaf kepada keluarga pasien, ini memang kesalahan dari petugas kami," singkatnya.
Atas kejadian itu, Pengamat Kebijakan Publik Universitas Riau, M Rawa El Amady minta Direktur Utama dan pejabat Utama RSUD Arifin Achmad dicopot. Lantaran menilai pelayanan yang diberikan lamban dan terkesan mengada-ngada.
"Kepala rumah sakitnya diberhentikan. Semua pejabat yang diangkat secara politis diberhentikan," kata Rawa, Minggu (30/10)
Rawa menilai sudah saatnya dilakukan transformasi di RSUD Arifin Achmad. Salah satunya jabatan penting di rumah sakit itu harus diisi oleh kalangan profesional. "Kalau mau ringan lagi ya kepala rumah sakitnya diberhentikan diganti oleh tenaga profesional bukan dari unsur pemda. Jadi pejabat tidak bisa ikut campir dalam hal operasional," pungkas Rawa. (Mal)