RIAUMANDIRI.CO - Saat Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai Gerindra di Sentul, akhir pekan lalu Prabowo Subianto memuji NU setinggi langit.
Pujian itu dinilai pengamat komunikasi politik M Jamiluddin Ritonga sebagai sinyal bahwa Prabowo akan menggandeng kader NU sebagai cawapresnya.
Sinyal tersebut kemudian dikaitkan Jamil kepada Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
"Kalau Cak Imin, tampaknya kecil dijadikan cawapresnya Prabowo. Sebab, kalau cak Imin yang diinginkan Prabowo, tentunya sinyal itu akan disampaikan langsung kepadanya saat Rakernas di Sentul," kata Jamil kepada media ini, Senin (15/8/2022).
Lagi pula, menurut penilaian Jamil, hubungan PBNU dengan Cak Imin lagi disharmonis. Karena itu, pujian kepada NU, tampaknya bukan difokuskan kepada Cak Imin.
"Sinyal tersebut justru lebih besar ditujukan kepada Khofifah. Sebab, Khofifah bagian dari NU dan sangat diterima PBNU dan Gusdurian," kata Jamil.
Selain itu, lanjut Jamil, menggandeng Khofifah sebagai cawapres akan lebih bermanfaat bagi Prabowo. Khofifah dengan dukungan basis massa yang besar di Jawa Timur, akan dapat membantu menggerek elektabilitas Prabowo.
"Hal itu diperlukan Prabowo, karena pada Pilpres 2014 dan 2019, Prabowo kalah di Jawa Timur. Dengan menjadikan Khofifah sebagai cawapresnya, peluang Prabowo menang di Jawa Timur akan besar," sebut Jamil.
Selain itu, ketika Prabowo berkunjung ke Jawa Timur beberapa waktu yang lalu, Ketua Umum Partai Gerindra ini sengaja menemui Khofifah. Bisa jadi, pertemuan tersebut membuat Prabowo terpikat untuk menggandeng Khofifah.
"Atas pertimbangan tersebut, tampaknya sinyal memuji NU tampaknya lebih ditujukan kepada Khofifah daripada Cak Imin. Sebab, dari kalkulasi politik, Prabowo lebih diuntungkan bila menjadikan Khofifah sebagai cawapresnya," kata Jamil.
Selain itu, Prabowo dalam Rakernas di Centul juga memuji Presiden Joko Widodo setinggi langit. Kesannya, pujian Prabowo dinilai Jamil itu terlalu lebay.
"Pujian berlebihan itu juga menjadi sinyal ada kemungkinan Prabowo akan menggandeng Jokowi sebagai cawapresnya. Indikasinya, dalam kesepakatan Gerindra dan PKB salah satunya disebutkan cawapresnya Prabowo harus disetujui kedua partai," katanya lagi.
Dia menilai kedua partai tidak akan sulit bersepakat bila Jokowi menjadi cawapresnya Prabowo. Sebab, baik Prabowo maupun Cak Imin sangat loyal kepada Jokowi.
Cak Imin bahkan tokoh yang gencar mengusulkan agar Jokowi diberi tambahan 3 tahun lagi memimpin Indonesia. Usulan tersebut membuktikan bahwa Cak Imin memang sangat menginginkan Jokowi tetap memimpin Indonesia.
Indikasi lainnya, ada relawan yang masih gigih menginginkan Prabowo-Jokowi menjadi pasangan capres pada Pilpres 2024. Mereka ini tampak begitu yakin keinginannya akan terwujud.
"Jadi, tidak menutup kemungkinan Prabowo memang menginginkan Jokowi sebagai cawapresnya. Bahkan koalisi Gerindra-PKB bisa jadi sengaja dirancang untuk mengusung Prabowo-Jokowi," kata Jamil.
"Spekulasi itu tentunya akan terjawab setelah Prabowo memiliki cawapres. Untuk itu, biarlah waktunya yang menjawabnya," ulas mantan Dekan FIKOM IISIP Jakarta itu. (*)