RIAUMANDIRI.CO - Anggota Komisi VII DPR RI FPKS Mulyanto mengingatkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B Panjaitan jangan geer atau gede rasa terkait kontrak pembelian nikel oleh perusahaan Elon Musk, Tesla.
Sebab, kata Mulyanto, transaksi itu terjadi antara Tesla dengan perusahaan China yang berdiri di Indonesia. Bukan dengan perusahaan Indonesia langsung.
Sehingga semua keuntungan transaksi itu akan masuk ke kantong perusahaan China. Sementara pemerintah hanya kebagian untung dari industri smelter yang menghasilkan produk nikel setengah jadi.
"Apa yang dibanggakan oleh Menko Marves beberapa waktu lalu tidak tepat. Karena faktanya Tesla itu bertransaksi dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co dan CNGR Advanced Material Co. Keduanya perusahaan China yang berdiri di Indonesia," kata Mulyanto kepada media ini, Rabu (10/8/2022).
Wakil Ketua FPKS DPR RI ini menyebut, Pemerintah Indonesia harusnya prihatin dengan kondisi tersebut. Sebab material yang dijual-belikan dalam kontrak miliaran dolar Amerika tersebut merupakan bahan baku produk berbasis sumberdaya alam Indonesia. Namun karena sudah menjadi wilayah pengelolaan perusahaan China maka Indonesia tidak dapat mengambil nilai lebih lagi.
"Kecuali kalau Tesla bangun pabrik baterai atau mobil listrik di kita. Ini akan berbeda nilai tambahnya bagi kita," kata Mulyanto.
Kasus ini menurut Mulyanto, harusnya menyadarkan pihak Pemerintah Indonesia betapa pentingnya program hilirisasi nikel.
"Pemerintah harus serius menuntaskan program ini agar bangsa Indonesia memperoleh nilai lebih dari sumberdaya alam yang dikelola. Jangan seperti sekarang hanya dapat menikmati hasil penjualan produk setengah jadi yang nilainya tidak seberapa," kata Mulyanto.
Mulyanto menyebut transaksi Tesla dengan kedua perusahaan China ini juga menjadi bukti kegagalan lobi dagang Menko Marves dan Presiden Joko Widodo ke pemilik Tesla, Elon Musk beberapa waktu lalu.
Ia minta Menko Marves harus bisa menjelaskan kenapa Tesla lebih memilih bertransaksi dengan perusahaan China daripada dengan Pemerintah Indonesia selaku pemilik wilayah eksplorasi nikel yang dijual-belikan.
"Kalau begini kan kesannya Menko Marves dan Presiden Joko Widodo ke Tesla beberapa waktu lalu justru untuk keperluan memasarkan produk milik perusahaan China," tegasnya. (*)