RIAUMANDIRI.CO - Buku Ikatan Keluarga Minang Riau (IKMR) Provinsi Riau berjudul " IKMR Mengangkat Harkat & Martabat Suku Minang di Riau" telah selesai ditulis.
Buku yang ditulis Iqbal Ali, Luzi Diamanda dan Doni Rahim menceritakan catatan sejarah IKMR Provinsi Riau yang cukup panjang.
Tentu saja, buku ini ditulis mengingat penting ada sejarah tertulis yang mencatat perjalanan sejarah IKMR tersebut.
Jangan sampai cerita nyata dengan bukti perjuangan juga nyata dan konkret itu akhirnya hanya menjadi cerita tutur, hanya karena tidak adanya buku sejarah yang menulisnya.
Dalam buku tersebut, Iqbal Ali menjelaskan bahwa sejarah berdirinya Ikatan Keluarga Sumatera Barat (IKSB) tahun 1969.
Lalu, tahun 2000 diubah namanya menjadi Ikatan Keluarga Minang Riau melalui perjuangan yang tidak mudah.
Bagaimana tidak, selama 22 tahun IKMR hadir di tengah bumi lancang kuning menimbulkan banyaknya pro dan kontra.
Akan tetapi, tak melunturkan semangat kepengurusan IKMR sehingga tokoh adat melayu Riau dan tokoh adat Sumatera Barat mampu bersatu untuk merubah IKSB menjadi IKMR Provinsi Riau.
Sebab, mereka berpendapat nama IKSB tidak cocok di Riau. Sebab, sejatinya semua adalah warga Riau yang bersuku Minang.
"Isi buku tersebut menceritakan tidaklah gampang IKSB beralih menjadi IKSB. Namun, kehadiran Basrizal Koto mampu mempertemukan dua tokoh adat untuk merubah IKSB menjadi IKMR," jelasnya
Tak hanya itu, buku yang bakal dibedah pada saat pelantikan kepengurusan IKMR pada Sabtu (16/7) juga menceritakan semangat suku Minang di Riau untuk bersatu mendukung dan mempertahankan IKMR.
"Dalam buku tersebut menjelaskan keseriusan orang Minang untuk bersatu demi IKMR. Tokoh Minang pada tahun 2000 adalah orang-orang hebat seperti Sultan Balia. Semuanya sudah tertuang dalam buku tersebut," jelasnya
Lebih lagi, IKMR bukanlah paguyuban yang bisa dimanfaatkan oleh para elit politik untuk kepentingan pribadi melainkan IKMR murni berperan untuk masyarakat minang di Riau.
" IKMR tetaplah IKMR, tidak bisa diotak- atik apalagi dibawa ke ranah politik. IKMR tidak berwarna tetapi mewarnai, jangan coba menarik IKMR apalagi ke politik," tedas Iqbal Ali
Senada, juga disampaikan penulis lainnya Luzi D bahwa buku IKMR ditulis tidak hanyamenggambarkan perjuangan IKMR dari sejak awal berdiri. Namun, peranan IKMR kepada masyarakat juga disebutkan.
"Peran IKMR tidak untuk elit politik melain untuk masyarakat Minang di Riau yang berperan penting hingga mengakar seperti untuk pedagang, rakyat kecil. Jadi IKMR untuk rakyat," jelas Luzi.
Diakui Luzi, meski banyak kendali saat menulis buku IKMR. Namun, ia meyakini buku tersebut diharap mampu memberikan pemahaman terkait sejarah, perjuangan hingga peran IKMR untuk masyarakat Minang di Riau.
"Saat bedah buku, kita minta ada masukan dari masyarakat. Gak apa-apa, misalnya apa peran IKMR untuk mereka. kalau bisa IKMR harus merakyat seperti dituliskan di dalam buku tersebut bahwa IKMR sudah membantu masyarakat yang rumahnya digusur saat akan dibangun Hotel Pangeran," jelasnya
Tak dipungkirinya, sebagai penulis buku IKMR dengan judul " IKMR Mengangkat Harkat & Martabat Suku Minang di Riau" menemukan banyak kendala seperti susahnya mencari dokumentasi lama.
"Waktunya seakan mendesak, harus mencari foto-foto lama, bahan-bahan lama. Alhamdulillah hasilnya maksimal semua sejarah perjuangan IKMR dituangkankan. Hanya saja, terkait IWMR akan kita tuangkan kedalam buku usai acara bedah buku selesai," tutupnya
Sementara, Doni Rahim selaku penulis berharap buku tersebut dapat menjadi pedoman bagi pengurus IKMR.
Tak hanya itu, pada saat bedah buku nantinya ia berharap adanya saran dari masyarakat terkait peran IKMR, sehingga ini akan menjadi bukti nyata bahwa IKMR untuk masyarakat Minang di Riau