RANGSANG (HR)-Sebagai wilayah yang berada di pesisir pulau terluar Indonesia, Kepulauan Meranti menghadapi masalah serius yaitu abrasi pantai. Untuk Pulau Rangsang abrasi mencapai 20 sampai 30 meter pertahunnya.
Kondisi ini sangat mengancam pulau yang menjadi penyangga antara Ibukota Kepulauan Meranti (Selatpanjang, red) dengan laut Selat Melaka.
Menurut Jumadi, salah seorang warga Tanjung Bakau Kecamatan Rangsang, Minggu (26/4) abrasi terus saja mengancam tempat tinggalnya dan beberapa daerah pesisir di Pulau Rangsang itu. Mereka hanya bisa menyaksikan tebing-tebing runtuh tatkala ombak dari laut lepas menghantam.
Rata-rata 20 sampai 30 meter tebing kami tercebur ke laut setiap tahunnya," kata Jumadi.
Disayangkan Jumadi, sampai saat ini tidak ada tanda-tanda pemerintah pusat akan membangun tanggul agar tebing itu tidak runtuh setiap tahunnya. Indonesia sangat berbeda dengan daerah luar, dimana daerah luar itu menciptakan pulau-pulau baru dari wilayah perairan. Sementara di Indonesia pulau menjadi laut (akibat abrasi, red).
"Sudah ratusan hektar kebun kelapa milik warga menjadi laut. Sampai saat ini, jarak antara tebing ke tobei (kaki laut yang tidak lagi mengalami surut, red) sudah hampir 1 KM. Ini sesuatu yang sangat mengancam bagi kehidupan warga kami dan warga-warga di pesisir," tambahnya lagi.
Setidaknya beberapa wilayah yang kerap terjadi abrasi saat musim angin selatan dan timur itu antara lain, terhitung mulai Tanjungbakau, Tanjungkedabu, Ladangkecil, Telesung, dan beberapa daerah setempat di Pulau Rangsang itu.(ran)